Review Komik Sandcastle (Self Made Hero, 2013)

Beberapa hari lalu tidak sengaja menonton trailer film “Old” besutan sutradara populer M. Night Shyamalan yang dijadwalkan tayang di bioskop mulai tanggal 23 Juli 2021 mendatang.

Film tersebut rupanya diadaptasi dari novel grafis “Sandcastle” karangan Pierre Oscar Levy yang dipublikasikan 8 tahun lalu oleh penerbit Self Made Hero.

Berhubung M. Night Shyamalan hobi membuat film yang membagongkan alias butuh konsentrasi tinggi untuk memahami alurnya, gercep deh baca komiknya terlebih dahulu sebagai persiapan. Supaya nanti lebih bisa menikmati filmnya.

So, here we go. Sinopsis dan review singkat dari Sandcastle. Semoga terhibur.

Oh ya, sebelum itu, simak gih trailer dari “Old” berikut. Biar lebih semangat baca alur ceritanya di bawah, hehehe.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung spoiler!

Tentang Sandcastle

cover sandcastle

cover sandcastle

It’s a perfect beach day, or so thought the family, young couple, a few tourists, and a refugee at the same secluded, idyllic cove filled with rock pools and sandy shore, encircled by green, densely vegetated cliffs. But this utopia hides a dark secret. When a woman’s dead body is founding floating in the crystal-clear water, the thirteen strangers band together to unravel the mystery of the cove – and soon find they best concentrate on how to get out alive themselves!

Story: Pierre Oscar Levy
Art: Frederik Peeters
Judul Edisi: –
Tanggal Rilis: Mei 2013

Alur Cerita / Sinopsis Komik

Seorang pria, belakangan diketahui bernama Amesan dan berasal dari Algeria, bermalam di pinggir pantai. Pagi harinya, saat hendak meninggalkan tempat tersebut, ia melihat ada seorang wanita muda yang tengah berenang. Ia pun mengurungkan niatnya dan memutuskan untuk menonton dari kejauhan.

Pukul 8 pagi, sebuah mobil datang. Sebuah keluarga yang terdiri dari Robert (ayah), Marianne (ibu), Zoe (anak perempuan berusia 5 tahun), dan Felix (anak laki-laki berusia 3 tahun). Plus Elvis, anjing peliharaan.

Setelah memarkir mobil, mereka lanjut berjalan menuju pantai. Dalam perjalanan mereka bertemu dengan Amesan yang tampak tergeletak begitu saja di jalan. Menganggap Amesan hanya sekedar orang aneh, Robert dan keluarganya meninggalkannya.

Amesan sendiri tampak panik dan justru kembali melangkah menuju perbukitan di dekat pantai.

Keluarga Robert menemukan barang-barang milik wanita yang sebelumnya dilihat Amesan tengah berenang. Pun begitu sama sekali tidak ada tanda-tanda keberadaan wanita tersebut.

Robert malah curiga pada Amesan yang mengamati mereka dari atas bukit.

Keluarga lain tiba di pantai. Mereka adalah Charles (bapak-bapak pemarah), Nathalie (istrinya), Sophie (putri mereka yang beranjak dewasa), Louis (putra mereka), dan ibu Nathalie yang sudah uzur.

Tiba di pantai, saat yang lain bersiap, Sophie memilih untuk melipir ke perbukitan untuk mendengarkan musik.

Ia tampak santai saja saat mengetahui Amesan berada tak jauh di sampingnya.

Marianne terkejut melihat Felix terlihat mulai sedikit lebih dewasa. Tidak hanya dari celana dalamnya yang kekecilan. Melainkan juga dari wajahnya.

Kendati demikian Robert tidak terlalu mempedulikannya.

Amesan memperingatkan agar Sophie dan keluarganya segera meninggalkan tempat tersebut.

Belum sempat ia menjelaskan lebih detil, Louis dan neneknya menemukan mayat seorang wanita yang sudah berumur. Charles, mengaku sebagai dokter, mengkonfirmasi bahwa benar wanita tersebut sudah meninggal.

Tidak itu saja. Ia juga langsung menuduh Amesan telah memp3rkos4 dan membunuh wanita tersebut.

Tanpa tedeng aling-aling, Charles langsung menghubungi rekannya Gaulier di kepolisian dan memintanya untuk datang ke pantai.

Ibu Nathalie merasa kecapekan. Nathalie meminta Charles untuk memeriksanya, namun Charles sedang sibuk main detektif-detektifan dengan berusaha mengorek informasi dari Amesan.

Marianne sempat meminta Charles untuk memeriksa Felix yang kini sudah makin bertambah besar. Sampai-sampai celana dalamnya robek karena sudah tidak muat dan ia terpaksa berkeliling ke sana kemari sembari telanjang.

Sama halnya dengan Nathalia, Charles tidak terlalu menggubris. Ia hanya berjanji akan memeriksanya nanti setelah usai memeriksa ibu mertuanya.

Di saat Charles hendak menuju mobil untuk mengambil peralatan kedokteran miliknya, ia bertemu dengan tiga orang yang hendak menuju pantai. Mereka adalah Henry, seorang penulis cerita fiksi; Florence, dan seorang pria bertopi baseball.

Mendengar ada mayat diketemukan di pantai, pria bertopi baseball segera mengajak Florence dan Henry untuk meninggalkan tempat tersebut. Charles lagi-lagi sok jadi polisi dan tidak memperbolehkan mereka pergi karena nanti bakal ditanya-tanyai sebagai saksi.

Tak lama Nathalie menghampiri dan memberitahu ibunya sudah tidak bernafas.

Charles bergegas memeriksa dan mencoba memberi nafas buatan. Usahanya sia-sia.

Zoe dan Felix semakin bertambah besar. Si pria bertopi bahkan mengira Felix sudah berusia 10 tahun.

Awalnya ia tidak percaya. Namun begitu melihat sendiri Marianne kaget mendapati kedua anaknya sudah bertumbuh sedemikian rupa sampai ia tidak mengenali, pikirannya langsung berubah.

Terjadi kericuhan saat Henry berusaha untuk kabur. Amesan yang hendak membantu Robert mengejarnya malah dicegah oleh Charles.

Amesan berusaha menjelaskan bahwa ia tidak membunuh siapa pun. Ia juga memberitahu yang lain bahwa sebelumnya ia berusaha meninggalkan tempat tersebut namun tidak bisa. Ada sebuah energi yang mencegahnya.

Alih-alih percaya, Charles malah makin yakin Amesan psikopat.

Ia mencoba menghubungi kembali kepolisian. Anehnya, nomer tersebut sekarang tidak aktif.

Pria bertopi mencoba menghubungi nomer yang sama dengan ponselnya. Hasilnya tidak berbeda.

Charles melampiaskan kekesalannya dengan menghantam Amesan.

Sophie muncul dan meminta agar Charles tenang. Penampilannya yang sudah mirip wanita dewasa membuat Charles sempat tidak mengenali putrinya sendiri.

Semua orang mulai menyadari ada yang tidak beres dengan pantai tersebut.

Sementara Zoe dan Louis memilih pergi berdua dan berhubungan intim di balik karang, Sophie mengajak Amesan untuk meninggalkan pantai bersamanya. Ia tidak peduli walau pria tersebut sudah mengingatkan usahanya akan sia-sia.

Di tempat lain, Florence dan pria bertopi menemukan Robert dan Henry sama-sama tergeletak tak sadarkan diri di jalan setapak menuju pantai. Kedua mengaku ada sesuatu yang mencegah mereka meninggalkan tempat tersebut.

Ogah percaya begitu, pria bertopi mengajak Florence untuk lanjut berjalan meninggalkan pantai.

Beberapa orang mencoba mendiskusikan apa yang sebenarnya terjadi di tempat tersebut. Selain Charles, yang memilih untuk ngedumel dan pergi meninggalkan mereka.

Tercium bau tidak enak. Robert dan Marianne akhirnya menyadari bahwa bau tersebut berasal dari tubuh Elvis yang sudah mati.

Semua yang ada di pantai makin yakin bahwa waktu berjalan cepat di sana dan mereka bakalan mati.

Usai menguburkan jenazah wanita di air, ibu Nathalie, dan Elvis, Zoe dan Louis tiba-tiba muncul.

Nathalie terkejut melihat perut Zoe sudah mulai membesar. Pria bertopi yang kembali bersama Florence dan Charlie karena gagal meninggalkan area pantai mengingatkan bahwa tak lama lagi Zoe pasti akan melahirkan.

Tak lama setelah Amesan dan Sophie ikut bergabung, Zoe benar-benar melahirkan seperti prediksi pria bertopi. Ia melahirkan bayi perempuan.

Di saat yang lain menyambut gembira kelahiran bayi tersebut, Felix menghampiri Sophie dan mengajaknya berhubungan intim. Ia tidak rela mati sebelum merasakan asyiknya ML.

Terdengar suara tembakan. Marianne mengenalinya sebagai Jose.

Jose terlihat berlari menuju pantai. Sebelum berhasil melakukannya, ia sudah terlebih dahulu tertembak.

Malam pun tiba. Semua orang sudah pasrah dengan apa yang bakal mereka hadapi.

Satu demi satu memilih untuk menghadapi dengan cara mereka masing-masing.

Amesan sempat menceritakan dongeng tentang seorang raja yang takut menghadapi kematian sehingga tanpa sengaja justru menjauhi orang-orang yang ia sayang di saat-saat terakhirnya.

Pagi harinya, selain putri Zoe yang sudah beranjak remaja, semua orang meninggal.

Simpulan

Well, komik Sandcastle ini jelas bukan untuk semua orang. Butuh pikiran terbuka untuk bisa menerima dan membacanya hingga akhir.

Bukan karena membingungkan. Melainkan karena adanya unsur-unsur yang berpotensi menyinggung sebagian kalangan.

Mulai dari child (underage) nudity, arabphobia, hingga keputusasaan / depresi.

Jujur, untuk dua yang disebut pertama saya justru tidak masalah. Toh ini hanya sekedar komik atau novel. Bukan kejadian asli di dunia nyata.

Saya lebih stress dengan potret karakter Charles dalam “Sandcastle” yang, yah, seperti pada dunia nyata, terkuak wujud aslinya di saat menghadapi tekanan.

Gedek banget dengan si bapak-bapak (or later become opa opa) yang dikit-dikit ngomel. Atau melampiaskannya dengan kekerasan.

Apalagi, belakangan ini marak di sosmed orang-orang yang kelakuannya sama barbarnya. Dikit-dikit marah-marah sok jago. Giliran diciduk cuma bisa diam menunduk.

Meski ending-nya dibiarkan terbuka, secara keseluruhan cerita dapat dipahami. Adegan penutupnya pun terbilang layak.

Bahkan, jika dipikir-pikir lagi, judulnya juga sesuai dengan cerita.

Sandcastle atau berarti kastil pasir jika diterjemahkan. Wujudnya adalah daerah pantai dan sekitarnya. Siapa saja yang masuk ke dalamnya akan selamanya terkurung (tidak bisa meninggalkan pantai) hingga menutup mata.

Jadi penasaran sih dengan adaptasinya nanti. Dari trailernya jelas bagian-bagian yang berpotensi menimbulkan kontroversi dihilangkan. Pengen tahu bakal dibuat seperti apa ending-nya.

Oh by the way, “Sandcastle” termasuk recommended reading-nya. Silahkan cari dan baca di layanan penyedia komik online favorit teman-teman, hehehe.

rk sandcastle

Leave a Reply