Review Komik Grimm Fairy Tales: The Piper #1-#4 (Zenescope, 2008)

“The Piper” adalah miniseri pertama Zenescope yang mengangkat kisah salah satu karakter dalam serial komik “Grimm Fairy Tales”. Karakter yang dimaksud adalah Pied Piper dalam “Grimm Fairy Tales #12“. Oleh karena itu, boleh lah kita break sebentar untuk ngebahas miniseri ini agar tidak bosan dengan seri utamanya. Miniseri “The Piper” ini sendiri terdiri dari 4 edisi. Pun begitu, karena ceritanya tidak terlalu berbelit, saya hadirkan sekaligus sinopsisnya dalam satu artikel ini. Penasaran seperti apa? Langsung simak aja di bawah ini, ya.

Sinopsis Komik *SPOILER*

thepiper

Seven hundred years ago he took a horrifying revenge and paid the ultimate price for his sins. Now hes returned to forge a deal that will cost more than your life. Present day Florida, a prestigious boarding academy where a musically gifted but misunderstood high school student named Sean stumbles upon a mysterious book that will give him the ability to finally get back at those who have wronged him the last few years. But when Sean realizes exactly what he has summoned, he knows that the price of revenge is certainly not worth the trouble. In the same mold as classic villains such as Candyman, Freddie Kreuger and Pinhead its time to meet the newest breed of horror Its time to pay the Piper!

Story: Joe Brusha, Ralph Tedesco, Mike Kalvoda
Art: Alex Medellin Machain
Color: Christin Pogoda (edisi #1-#3) / Nel Ruffino (edisi #1-#3) / Garry Henderson (edisi #1 & #4)
Letter: Thomas Mauer
Judul Edisi: –
Tanggal Rilis: Maret-Juli 2008

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung spoiler!

Tahun 1284. Untuk kesekian kalinya, Pied Piper disewa untuk mengusir hama tikus yang terjadi di sebuah kota. Lagi-lagi ia tidak mendapat bayaran yang sesuai sehingga Pied Piper membalasnya dengan cara menculik anak-anak penduduk kota tersebut. Mengetahui pelakunya adalah Pied Piper, penduduk kota yang emosi menyerangnya di atas jembatan. Mereka bertambah brutal begitu menyadari anak-anak mereka ada di bawah air. Tanpa peduli lagi bagaimana cara menyelamatkan anak-anak tersebut, warga kota membunuh Pied Piper.

Saat ini, di akademi Cypress Prep. Sean adalah salah seorang murid di sana. Ia bersahabat dengan Melanie dan Alberto. Di sekolah, entah mengapa ia sering di-bully oleh Blake Northington dan teman-temannya (Cameron, Ben, Sandra). Apalagi keempat orang tersebut, yang merupakan andalan tim atletik sekolah, didukung penuh oleh pelatih mereka, Mr. Moyer.

Satu-satunya yang bisa menenangkan hati Sean adalah musik. Itu pula yang membuatnya dekat dengan Holly, siswi yang baru pindah semester ini. Sayangnya, kali ini kenikmatnnya bermusik kembali diusik oleh Blake dkk. Dengan alasan yang dibuat-buat, Mr. Moyer meminta Sean, Melanie, dan Alberto untuk berhenti bermain di dalam kelas.

Sementara itu, Blake terlihat naksir dengan Holly. Holly sendiri sama sekali tidak menyukainya dan lebih nyaman bersama dengan Sean.

Malam harinya, Sean mendengar suara orang bermain flute dari arah perpustakaan. Penasaran, Sean mendatangi perpustakaan tersebut. Hanya ada seorang wanita di sana, mengaku sebagai asisten perpus yang bernama Belinda. Meski mengaku tidak mendengar suara flute, Belinda kemudian memberikan sebuah buku yang berisi dongeng “The Pied Piper”. Sean yang awalnya tidak tertarik jadi kepo begitu melihat salah satu halamannya mengandung notasi musik atau partitur yang sama persis dengan yang tadi ia dengar.

Di saat itu Sean baru menyadari bahwa Belinda sudah tidak ada lagi di depannya. Ia lantas membawa pulang buku tersebut dan menyimpannya di kamar.

Saat break makan siang, Sean curhat pada Holly mengenai ulah Blake dkk selama ini kepadanya. Holly menguatkannya, lalu menciumnya. Tanpa sadar, Blake melihat keduanya dari kejauhan.

Sepeninggal Sean, Blake mengkonfrontasi Holly, mempertanyakan kenapa ia lebih memilih Sean ketimbang dirinya. Jawaban Holly membuat Blake emosi dan memukul vending machine yang berada tepat di belakang Holly. Tanpa disangka, mesin tersebut kemudian terjatuh dan menimpa Holly.

Sean yang tak lama kembali untuk menemui Holly kaget begitu mengetahui Holly sedang dibawa ke rumah sakit dengan ambulans. Pernyataan Blake yang mengaku melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Holly yang menggoyang-goyangkan mesin tersebut hingga terjatuh membuat Sean curiga.

Malam harinya, setelah sempat meluapkan emosi dengan mengkonsumsi narkoba dan membanting barang di kamar, Sean mulai membaca dengan lebih teliti buku yang ia peroleh dari Belinda. Tanpa curiga, ia membaca deretan kalimat yang ada berulang-ulang.

“I play for your soul.”

Tiba-tiba muncullah sosok Pied Piper di belakangnya. Meski tidak menyangka, Sean yang masih dalam pengaruh narkoba tidak terlalu kaget melihatnya. Bahkan ketika Pied Piper menawarkan bantuannya dengan imbalan yang tidak disebutkan, Sean menyatakan bahwa ia ingin agar orang-orang yang membuat hatinya merana mendapat balasan yang setimpal. Pied Piper mengiyakan sementara Sean mulai tertidur.

Adalah Cameron yang pertama mendapat balasan. Pied Piper membunuhnya saat ia dan teman-temannya tengah berolahraga. Usai melakukannya, Pied Piper kembali menemui Sean dan melaporkan bahwa ia sudah mulai melakukan tugas yang diberikan oleh Sean. Saat itu Sean masih belum paham apa maksudnya. Ketika hendak bertanya lebih lanjut, Melanie dan Alberto datang, hingga Pied Piper pun menghilang dari pandangan.

Setelah mengetahui Sean ingin balas dendam pada Blake dkk, Albertino dan Melanie mencoba menyadarkannya. Hal itu membuat Sean marah dan menganggap keduanya tidak pernah menyadari apa yang ia rasakan selama ini. Terlebih kala keduanya menganggap apa yang terjadi pada Holly hanya sekedar kecelakaan. Sean yang emosi lalu mengusir Albertino dan Melanie keluar dari kamar.

Sean mendatangi kafetaria dan hendak mengecek vending machine yang menimpa Holly. Belum apa-apa ia sudah diusir oleh Mr. Moyer, yang mengaku telah menyingkirkan mesin tersebut. Keheranan Sean kenapa pihak kepolisian tidak mengecek rekaman CCTV yang kebetulan berada di ruangan tersebut juga tidak diindahkan oleh Mr. Moyer.

Mr. Moyer menghampiri mobinya yang diparkir dekat danau. Tanpa disangka, puluhan buaya tiba-tiba keluar dari danau dan menyerangnya hingga tewas.

Sean melanjutkan investigasinya ke tempat pembuangan sampah. Ada mesin vending yang dimaksud di sana. Ia semakin yakin bahwa apa yang terjadi pada Holly bukan kecelakaan biasa. Tiba-tiba muncul Sandra, Ben, dan Blake yang langsung menghajarnya tanpa basa-basi. Blake juga menunjukkan tape rekaman CCTV yang ternyata sudah ia curi dan kini ia bakar di depan mata Sean.

Mr. Margete, guru musik, sempat memergoki ketiganya. Namun Ben dan Sandra bisa berdalih sehingga ia tidak curiga dan tidak mengetahui ada Sean dalam keadaan babak belur di sana.

Mr. Margete minta Sandra untuk berlatih tuba sendirian selama 90 menit. Tanpa ia sadari, dari luar jendela Pied Piper mengendalikan seekor ulat (atau ular kecil, ya?) untuk diam-diam masuk ke dalam alat musik tersebut dan ujung-ujungnya masuk ke dalam mulut Sandra. Sandra pun menghembuskan nafas terakhir.

Pulang ke asrama, Sean mendapati Albertino dan Melanie sudah berada di sana dan membaca buku yang ia peroleh dari Belinda. Keduanya curiga Sean menggunakan buku tersebut untuk melakukan sesuatu yang ada kaitannya dengan keinginan balas dendamnya. Sean tidak membantahnya.

Tiba-tiba saja Pied Piper muncul untuk melaporkan progress-nya hari ini. Sean minta agar Pied Piper menghentikan perbuatannya, namun Pied Piper menyatakan hal tersebut tidak mungkin terjadi. Tidak tahu harus berbuat apa, Sean lantas menghantamkan violinya ke kepala Pied Piper. Dan itu membuat Pied Piper marah.

Bergegas Sean meminta Albertino dan Melanie kabur bersamanya. Sayangnya usaha mereka sia-sia. Satu persatu menemui ajalnya di tangan Pied Piper. Sean yang masih bisa lolos berlari hingga tiba di bangunan sekolah. Sembari bersembunyi, ia mencoba membaca kembali buku dongeng dari Belinda. Saat itu menyadari ada petunjuk di dalamnya, asal usul sekaligus cara untuk menaklukkan Pied Piper.

Belum sempat benar-benar memahami maksud dari petunjuk yang ada, Pied Piper sudah kembali muncul. Sean berlari menghindarinya hingga bertemu dengan Mr. Margette, Blake, dan Ben. Setelah bersusah payah meyakinkan ketiganya untuk ikut kabur, Sean akhirnya paham bahwa ia harus mengalunkan partitur nada yang sama namun dengan urutan terbalik. Bergegas ia mengambil flute yang ada di ruangan dan memainkannya.

Cara itu rupanya berhasil. Pied Piper mulai menghilang begitu mendengarkan permainan musik Sean. Tapi tanpa diduga, Blake yang memegang buku dongeng tersebut malah membaca mantra untuk memanggil Pied Piper. Dan yah, Pied Piper hadir kembali. Kali ini berada di pihak Blake. Ia bahkan sukses memanipulasi pikiran Blake sehingga membuat Blake memerintahkannya untuk membunuh Sean, Mr. Margette, dan Ben.

Namun yang terjadi selanjutnya di luar perkiraan Blake. Pasca menghabisi nyawa Mr. Margette dan Ben, Pied Piper menyatakan tugasnya sudah selesai. Ia ganti memburu Blake sebagai bayaran atas apa yang telah ia lakukan. Dengan ketakutan Blake pun berlari hingga bertemu dengan Sean. Sebelum tewas, Blake masih sempat menyerahkan buku dongeng pada Sean. Dengan memanfaatkan speaker sekolah, Sean akhirnya berhasil mengalahkan Pied Piper.

4 bulan kemudian. Sean bersama dengan Holly di sebuah jembatan. Sean kini sudah mulai terkenal berkat kemampuannya bermain musik. Ia dibantu oleh Jarrett, kakak Holly, yang memiliki label rekaman sendiri.

Sean lantas mengaku bahwa sampai sekarang ia masih mendengar alunan musik Pied Piper. Ia merasa harus memainkan neume yang kedua untuk bisa benar-benar mengusir Pied Piper. Holly berusaha mencegahnya, namun Sean keukeuh pada pendiriannya. Tanpa disangka, begitu neume kedua dimainkan, dari dasar sungai bermunculan mayat hidup anak-anak yang dulu dibunuh Pied Piper, yang langsung menarik Holly dan Sean masuk ke dasar sungai hingga keduanya tewas.


Cerita miniseri “The Piper” ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan yang ada dalam cerita-cerita lepas tiap edisi Grimm Fairy Tales. Hanya alurnya saja yang dibuat lebih mengembang. Tapi setidaknya ada kisah masa lalu Pied Piper yang menyenangkan untuk disimak. Selain miniseri ini, kalau tidak salah masih ada satu lagi komik one-shot terkait sosok tersebut. Nanti saya lihat apakah sudah bisa sekalian di-review atau harus menunggu perkembangan review seri utamanya terlebih dahulu.

Oh ya, miniseri berikutnya dalam jagat Grimm Fairy Tales adalah “Inferno” yang dirilis pada tahun 2010. Karakter yang diangkat dalam kisah tersebut baru eksis dalam “Grimm Fairy Tales #29”, sehingga mungkin baru 2-3 bulan lagi bisa kita bahas. Sabar, ges.

rk thepiper

Leave a Reply