Review Film Villa 603 (2015)

Chiska Doppert membesut 3 film horor sekaligus di tahun 2015 lalu. Yaitu “Villa 603”, “Kastil Tua”, serta “Miemien: Hantu Posesif”. Saya belum menemuka dua judul lainnya di beberapa layanan streaming, jadi yah, kita bahas dulu saja yang disebut pertama. Kisahnya sendiri diklaim bersumber dari kisah nyata yang dialami sebuah keluarga di villa yang ada di Puncak. Masalahnya, model-model semacam itu, yang diadaptasi dari kisah nyata, biasanya memiliki kualitas cerita yang tidak seindah kenyataanya. Apakah “Villa 603” termasuk di antaranya? Simak sinopsis dan review singkatnya di bawah.

Sinopsis Singkat

poster villa603

Melihat Alya (diperankan oleh Maeeva Amin) sering mendapat mimpi buruk, Randy (diperankan oleh Shandy Syarif) memutuskan untuk membawa keluarganya berlibur di Villa 603. Apesnya, sejak tinggal di sana, satu demi satu dari mereka dihantui oleh penunggu gaib yang ada di villa, termasuk kedua putra dan putri mereka. Karena masih belum bisa meninggalkan pekerjaannya, Randy meminta bantuan Diana (diperankan oleh Saphira Indah), adiknya, untuk menemani keluarganya di villa. Diana pun tidak luput dari gangguan misterius. Pada akhirnya, Randy mengetahui bahwa memang ada yang tidak beres dalam villa yang ternyata dipenuhi arwah penasaran. Dengan mengajak seorang ustad, ia berniat untuk menyelamatkan keluarganya dari ancaman makhluk gaib.

Tanggal Rilis: 3 Desember 2015
Durasi: 78 menit
Sutradara: Chiska Doppert
Produser: HM Firman Bintang
Penulis Naskah: Raha Kurnia
Produksi: BIC Pictures
Pemain: Shandy Syarif, Maeeva Amin, Masayu Clara, Andryan Bima, Roy Marten, Saphira Indah, Fuad Idris, Dea Angel, Ustad Syailendra

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Satu keluarga berlibur di villa. Belakangan diketahui bahwa villa tersebut ternyata berhantu. Selain sang suami yang sibuk bekerja, seluruh anggota keluarga mendapat teror dari makhluk gaib. Puncaknya, sang ibu kerasukan dan berniat membunuh seluruh anggota keluarganya.

Sounds familiar? Tidak perlu bingung. Ceritanya memang benar-benar klise. Sudah banyak film sejenis dengan jalan cerita serupa. Tidak ada usaha untuk membuatnya fresh dan berbeda. Apa yang bakal terjadi di penghujung film pun sudah bisa ditebak.

Parahnya, dengan cerita yang sudah umum, alur masih saja bisa berantakan. Mirip adegan-adegan acak yang ditempelkan menjadi satu kesatuan. Apalagi sejak awal sutradara hanya fokus untuk menakut-nakuti. Bayangkan, sudah muncul penampakan di 10 detik pertama. Seram? Tidak sama sekali. Malah bagi saya merupakan pertanda bahwa sisa durasi film bakal menjadi pengalaman menonton yang membosankan.

Dan memang benar. Jump scare-nya basi, menggunakan formula-formula standar. Ditambah dengan efek CGI yang asal-asalan. Bukannya takut, malah miris. Miris mengingat kabarnya ada hampir 200 ribu orang yang menonton filmnya di bioskop pada waktu itu. Lebih miris lagi begitu tahu jumlah penontonnya berada di atas “Kakak”, yang dari segi kualitas cerita jauh di atas.

Cerita yang ngawur belum lengkap tanpa karakter yang gak jelas. Sekali lagi, karena sibuk dengan unsur horor, kita sama sekali tidak diajak berkenalan dengan karakter-karakter yang ada. Sulit rasanya untuk bersimpati dengan para karakter yang terkesan sambil lalu hadir di layar. Terlebih tidak ada pemain yang berakting di atas rata-rata.

Penutup

Membosankan dan garing. Itulah “Villa 603”. Bahkan cerita yang buruk dalam “12:06 Rumah Kucing” masih lebih bisa diikuti. Jelas tidak mungkin skornya bakal melebihi. 1/10.

rf villa603

Leave a Reply