Review Film The Curse (2017)

“The Curse” adalah film horor produksi Triple A Films kedua yang hadir sinopsis serta resensinya di situs ini. Sebelumnya ada “Tujuh Bidadari“, yang kualitasnya (jauh) di bawah standar.

Uniknya, film yang dibintangi oleh dua aktris kawakan Prisia Nasution dan Shareefa Daanish ini juga mengambil lokasi syuting di benua Australia. Apa mungkin barengan syutingnya?

Saya sendiri lebih tertarik dengan ratingnya di IMDB yang (sedikit) di atas rata-rata. 5.5. Apa memang mampu jadi pelipur lara “Tujuh Bidadari”? Atau setali tiga uang?

Yuk temukan jawabannya di bawah ini. Cekidot!

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Sinopsis Singkat

poster the curse

Shelina Octaviani (diperankan oleh Prisia Nasution) adalah seorang pengacara yang bekerja di Melbourne, Australia. Saat ini ia tengah menangani pembelaan terhadap seorang tersangka pembunuhan, Salman, yang dituduh membunuh istrinya sendiri, Gina.

Anehnya, sejak itu Shelina terus menerus dihantui oleh makhluk-makhluk gaib dengan penampakan yang berbeda.

Ia menceritakan hal tersebut pada sahabat sekaligus rekan kerjanya, Putri (diperankan oleh Lia Waode). Putri lantas menyarankan agar Shelina berkonsultasi pada paranormal.

Sesuai saran Putri, Shelina mengundang paranormal bernama Jayanthi (diperankan oleh Katrini Nath) ke rumahnya. Setelah memeriksa kondisi rumah Shelina, Jayanthi memberitahu ada energi jahat di sekitar rumah tersebut.

Ia bahkan menemukan bungkusan putih berisi boneka voodoo dikubur di halaman rumah Shelina.

Setelah melalui ritual, terungkap bahwa makhluk halus tersebut sebenarnya hendak menyampaikan sesuatu pada Shelina. Kendati demikian, karena indera keenam Shelina belum sepenuhnya terbuka, pesan tersebut belum bisa tersampaikan.

Jayanthi kemudian memberikan ajian yang bisa digunakan Shelina jika nantinya ia siap untuk membuka mata batinnya.

Kembali mendapat gangguan gaib, Shelina memutuskan untuk akhirnya membuka utuh indera keenamnya. Ia pun bertemu langsung dengan makhluk halus yang selama ini menghantuinya dan dibawa untuk melihat sebuah kejadian di masa lalu.

Kejadian tersebut rupanya berkaitan dengan kasus yang dulu pernah ditangani Shelina. Yaitu kasus kematian pengusaha kaya bernama Sarawut dan putranya yang bernama David.

Shelina saat itu bertugas menjadi pembela tersangka utama, istri Sarawut, Lienn Wijaya (diperankan oleh Shareefa Danish). Shelina berhasil memenangkan kasus tersebut dan Lienn dibebaskan dari segala tuduhan.

Namun begitu, kejadian yang kini ia lihat berbeda. Lienn ternyata benar adalah orang yang telah meracuni suami dan putranya sendiri.

Shelina berniat untuk membuka kembali kasus tersebut. Putri melarang. Alih-alih ia meminta Shelina untuk mencari paranormal yang lain.

Shelina lalu mendatangi rumah Lienn. Tidak ada yang membukakan pintu, Shelina berinisiatif masuk ke dalam.

Tanpa sengaja ia menguping pembicaraan Lienn dengan seorang pria bernama Ronny (diperankan oleh Yogi Gagah Perdana). Ternyata benar bahwa Lienn otak pembunuhan terhadap Sarawut dan David. Eksekutornya adalah Ronny, yang sepertinya adalah kekasih Lienn.

Tujuan utama mereka tentu saja untuk menguasai harta Sarawut. Dan kini, setelah berhasil menjual seluruh properti milik Sarawut, ia dan Ron berencana untuk segera meninggalkan Melbourne.

Saat kabur, Ronny memergoki Shelina. Pun begitu ia masih bisa kabur usai menghabisi Ronny.

Tahu Ronny dibunuh Shelina, Lienn berusaha membalasnya. Berkat bantuan makhluk gaib, Shelina berhasil lolos dari maut.

Ia sempat hendak membunuh Lienn, namun kemudian mengurungkan niatnya.

Sepeninggal Shelina, Lienn terlihat dirasuki oleh makhluk gaib.

Sementara itu, di suatu tempat di Thailand, terungkap bahwa salah seorang kerabat dari Sarawut telah meminta dukun di sana untuk menghantui dan membunuh orang-orang yang ia anggap bersalah dalam kasus kematian Sarawut.

Targetnya adalah Ronny, Lienn, dan juga Shelina.

Tanggal Rilis: 27 April 2017
Durasi: 98 menit
Sutradara: Muhammad Yusuf
Produser: Resika Tikoalu
Penulis Naskah: Muhammad Yusuf
Produksi: Triple A Films
Pemain: Prisia Nasution, Shareefa Daanish, Lia Waode, Maria Leeds, Katrini Nath, Resika Tikoalu, Santi Whiteside, Randy Enos Hallatu, Yogi Gagah Perdana, Abraham Widjaja, Ganda Marpaung, Jeffry Winata, Hayden Curry, Motty Lino, Warathip Lovell

Review Singkat

Saya tidak tahu apakah ini yang pertama atau bukan. Tapi “The Curse” menggunakan premis yang cukup berbeda dengan film horor kebanyakan. Seingat saya sih, untuk judul lokal, belum ada film sejenis yang karakter sentralnya berprofesi sebagai pengacara.

Yang seharusnya menjadi senjata kuat sayangnya terbuang sia-sia.

Aksi Shelina sebagai pengacara sama sekali tidak mencolok. Cuma sekedar mendatangi keluarga tersangka dan berbasa-basi dengan pertanyaan ala kadarnya. Aktivitasnya di kantor pun tidak menunjukkan dirinya sebagai seorang pengacara.

Yang lebih menggemaskan adalah pemilihan latar lokasi di Melbourne, Australia.

Tidak ada satu pun elemen dari cerita yang menegaskan alasan Melbourne sebagai lokasi yang paling tepat. Dipindahkan kemana pun tidak akan mengubah jalannya cerita.

Berbeda dengan “Tujuh Bidadari”, yang setidaknya mengangkat Ararat Lunatic Asylum, bekas rumah sakit jiwa yang memang hanya ada di sana.

Film “The Curse” ini sendiri menghadirkan sebuah twist yang mengejutkan. Bukan karena cerdas dalam merancangnya, melainkan karena sejak awal kita tidak mendapat informasi yang terkait dengan twist tersebut.

Dari yang membahas tentang A, ujug-ujug beralih ke pembahasan tentang B.

Ending-nya? Dahlah, kentang. Gitu doang.

Lalu bagaimana dengan unsur horornya? B aja sih. Jump scare cenderung berulang. Tidak ketinggalan efek suara yang memekakkan telinga.

Dari sisi akting, Prisia Nasution sebenarnya cukup menunjukkan kelasnya. Juga Shareefa Danish. Hanya saya merasa karakter mereka yang kurang nendang. Efek dari naskah yang kurang solid.

Shelina misalnya, digambarkan sebagai orang yang tidak percaya hal gaib. Masalahnya, reaksinya saat melihat berbagai kejadian gaib sama sekali tidak terlihat sebagai orang yang tidak percaya dengan hal semacam itu. Justru sebaliknya.

Penutup

Jika dibandingkan, kualitas “The Curse” memang berada di atas “Tujuh Bidadari”. Hanya saja tidak banyak.

Latar lokasi di Melbourne serta latar profesi karakter utama sebagai pengacara tidak berhasil dimanfaatkan secara optimal di dalam cerita. Shelina lebih terlihat sebagai mbak mbak biasa yang kebetulan menangani kasus pembunuhan. Lokasinya pun bisa diganti dimana saja.

Walau tidak solid, naskahnya untung tidak terlalu berantakan. Hanya ada satu dua adegan ajaib sepanjang durasi. Masih bisa ditolerir.

Unsur horor yang menggunakan artis ber-make-up bukanlah selera saya. Namun penggunaan formula jump scare yang usang dan terus berulang sangat membosankan.

Overall, buat yang pengen liat sedikit footage suasana di Melbourne, boleh lah luangkan waktunya untuk menonton “The Curse”. 3/10.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf thecurse 2

Leave a Reply