Review Film Sabrina (2018) | Boneka Perantara Teror Iblis

Teror boneka Sabrina di “The Doll 2” rupanya belum berakhir. Laras kembali harus membantu Maira menghadapi teror boneka tersebut dalam sekuel yang bertajuk “Sabrina”.

Sama seperti prekuelnya, film ini berhasil merajai box office pada saat penayangannya. Lebih dari 1 juta orang berbondong-bondong ke bioskop untuk menyaksikan akting Luna Maya, Christian Sugiono, Sara Wijayanto, dan Jeremy Thomas.

Nah, seperti apakah ceritanya? Layakkah untuk ditonton?

Simak yuk sinopsis beserta review film Sabrina di bawah ini.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Sekilas Tentang

poster film sabrina

poster film sabrina

Seorang produsen mainan dan istrinya diteror oleh setan setelah keponakan mereka yang yatim piatu mencoba memanggil arwah mendiang ibunya.

Tanggal Rilis: 12 Juli 2018
Durasi: 112 menit
Sutradara: Rocky Soraya
Produser: Rocky Soraya
Penulis Naskah: Riheam Junianti, Fajar Umbara
Produksi: Hitmaker Studios
Pemain: Luna Maya, Christian Sugiono, Sara Wijayanto, Jeremy Thomas, Rizky Hanggono, Richelle Georgette Skornicki

Sinopsis Film / Alur Cerita

Raynard (diperankan oleh Jeremy Thomas) meminta tolong pada Laras (diperankan oleh Sara Wijayanto) untuk membantunya menyelesaikan sebuah kasus supranatural.

Seorang wanita bernama Andini (diperankan oleh Asri Handayani) dirasuki oleh roh jahat yang sangat kuat.

Bersama dengan Raynard, Laras mendatangi rumah Andini.


Maira (diperankan oleh Luna Maya) kini menjalani lembaran hidup baru. Ia menikah lagi dengan Aiden (diperankan oleh Christian Sugiono), pemilik sebuah pabrik mainan.

Vanya (diperankan oleh Richelle Georgette Skornicki), keponakan Aiden yang diangkat menjadi anak mereka, belum bisa menerima kehadiran Maira sebagai pengganti ibunya.

Di hari ulang tahun Vanya, Aiden memberikan boneka Sabrina versi baru yang sudah ia kembangkan sendiri pada Maira. Itu karena ia tahu Kayla dulu sangat menyukai boneka Sabrina.

Maira dengan senang hati menerimanya.


Di sekolah, Vanya dan sahabatnya, Valerie (diperankan oleh Yasmine Mahya), melihat Ditho (diperankan oleh Adlu Fahrezi) bermain Pensil Charlie untuk berkomunikasi dengan arwah neneknya.

Setelah yang lain pergi, Vanya meminjam alat ritual tersebut dari Ditho. Ditho tidak keberatan.

Selain mengingatkan agar Vanya berdoa setelah selesai bermain, ia juga memberitahu tentang aplikasi Spirit Detector yang bisa mendeteksi keberadaan entitas (makhluk halus) di sekitar.

Malam harinya, Vanya langsung praktek bermain Pensil Charlie. Ia berniat untuk berkomunikasi dengan arwah ibunya.

Vanya kemudian menanyakan apakah ia bisa melihat ibunya. Melalui Pensil Charlie, ibunya mengiyakan.

Vanya bergegas menghidupkan aplikasi dan berjalan berkeliling rumah untuk mencari sang bunda.

Yang ia dapati justru Maira yang tengah mencari senter.

Tahu Vanya melakukan itu karena rindu pada ibunya, Maira lantas memberikan boneka Sabrina dari Aiden pada Vanya.

Ia memberitahu agar Vanya memeluk boneka tersebut apabila ia kangen pada ibunya.

Sepeninggal Maira, terlihat bahwa roh yang sebelumnya dipanggil Vanya kini masuk ke dalam tubuh boneka Sabrina.


Sejak itu, hubungan Vanya dengan Maira membaik.

Di sisi lain, kejadian-kejadian aneh juga mulai terjadi.

Seperti kotak musik yang menyala sendiri dan boneka Sabrina yang berpindah-pindah tempat.

cuplikan adegan film sabrina

cuplikan adegan film sabrina

Vanya juga ditarik oleh sosok misterius ke dalam lemari.

Insiden itu tidak membuat Vanya kapok mencari arwah ibunya melalui aplikasi detektor.

Sampai akhirnya ia benar-benar bertemu dengan sosok hantu yang menyerupai ibunya.

Tanpa diketahui oleh Maira dan Aiden, entitas tersebut kini acap mendampingi Vanya.

Vanya sempat memberitahukan hal tersebut pada Maira dan Aiden. Namun keduanya tidak percaya. Mereka mengira Vanya masih belum bisa move on dari ibunya.

Aiden memutuskan agar mereka bertiga pergi berlibur saja.


Di pantai, saat sedang berlibur, Maira mengkonfrontasi Vanya yang mengaku berbicara dengan ibunya.

Hal itu berujung pada Maira yang diserang dan dikubur hidup-hidup di dalam lubang pasir oleh roh jahat yang bersama Vanya.

Untunglah Aiden masih bisa menyelamatkannya sebelum terlambat.

Malam harinya, Maira dan Aiden diserang oleh hantu yang menyerupai Andini, yang ternyata adalah ibu Vanya.

Kali ini giliran Maira yang menyelamatkan Auden, dengan kalung daun kelor pemberian Laras.


Maira dan Aiden menemui Laras di Bandung. Raynard kini telah menjadi suami Laras.

Setelah mendengar cerita keduanya, Laras setuju untuk membantu mereka.

Setibanya di rumah, Laras mengajak Vanya bermain Pensil Charlie. Ia hendak memastikan apakah yang datang benar ibunda Vanya atau bukan.

Laras sempat terkejut mengetahui ibu Vanya adalah Andini.

Beberapa saat kemudian, ritual Pensil Charlie dimulai.

Vanya diminta menanyakan beberapa fakta tentangnya pada arwah yang datang. Semua jawabannya benar.

Setelah meminta Vanya untuk menunggu di kamar bersama bi Nur (diperankan oleh Imelda), Laras mencoba berkomunikasi langsung dengan arwah Andini dan memintanya kembali ke alamnya.

Tak disangka, roh tersebut merasuki tubuh Vanya, membunuh bi Nur, dan menusuk Laras dari belakang.

salah satu scene terbaik

salah satu scene terbaik

Walau terluka, Laras masih bisa mengeluarkan roh jahat tersebut dari tubuh Vanya bersama dengan Rainard.

Wujud asli roh tersebut terkuak. Ia ternyata adalah iblis Baghiah.

Iblis tersebut marah dan mengamuk di dalam rumah. Untunglah mereka semua berhasil meninggalkan rumah dengan selamat.


Di rumah sakit. Usai luka Laras dirawat, ia dan Raynard memberitahu bahwa yang selama ini mendatangi Vanya bukanlah Andini, melainkan anak iblis yang keji bernama Baghiah.

Baghiah pula yang dulu merasuki Andini dan membunuhnya. Arka (diperankan oleh Rizky Hanggono), suami Andini, ternyata juga ikut tewas saat itu.

Rainard curiga Baghiah berencana untuk balas dendam pada Laras. Vanya hanya apes karena tidak sengaja menjadi perantara dalam memanggilnya kembali ke dunia.

Sebelum berpisah, Rainard mengingatkan agar Maira dan Aiden jangan pulang ke rumah terlebih dahulu untuk sementara waktu.


Laras tidak yakin bisa mengalahkan Baghiah. Rainard berusaha menguatkan. Ia mengingatkan bahwa manusia jauh lebih mulia dan lebih kuat daripada iblis.

Rainard rupanya juga sudah diam-diam menyiapkan senjata rahasia untuk istrinya. Sebuah pusaka berbentuk keris (?) yang bisa membunuh iblis.

Belakangan, keduanya mendapati Baghiah tidak lagi ada di dalam rumah Aiden.

Begitu menyadari iblis tersebut menggunakan boneka Sabrina sebagai perantara, keduanya bergegas menyusul Maira dan Aiden.


Maira, Aiden, dan Vanya menginap di rumah orangtua Aiden yang berada di dekat pabrik boneka.

Aiden lantas mengajak Maira dan Vanya melihat-lihat isi di dalam pabrik yang kebetulan sedang libur.

Tepat seperti perkiraan Laras dan Rainard, iblis Baghiah muncul dan menyerang mereka di sana.

Apes, Maira terperangkap dan tubuhnya mulai dirasuki oleh sang iblis.

Tak lama Laras dan Rainard tiba di TKP.

Mereka berhasil mendobrak pintu tempat Maira dikurung. Sayangnya terlambat, iblis Baghiah sudah masuk ke dalam tubuh Maira.

Ia langsung menusuk perut Laras dan Rainard.

Maira terus berusaha membunuh Laras. Kejar-kejaran di antara keduanya terjadi. Bahkan berlanjut hingga ke dalam rumah orangtua Aiden.

Di saat genting, Rainard dan Aiden muncul dan menangkap Maira.

Dengan mengerahkan seluruh kemampuannya, Laras berusaha keras untuk mengeluarkan Baghiah dari tubuh Maira.

Berinteraksi dengannya membuat Laras dan Raynard mendapat penampakan masa lalu Aiden dan Arka.

Terungkap bahwa setelah kematian ayah mereka (diperankan oleh Felix William Smitts), Aiden ingin menguasai sendiri pabrik boneka yang menjadi warisan.

Ia lalu mendatangi seorang dukun (diperankan oleh Habibie Alatas) yang kemudian menyanggupi permintaannya.

Tak disangka, untuk membunuh Arka, dukun tersebut memanggil iblis Baghiah kedua.

Laras dan Raynard terkejut mengetahui hal itu.

Pun begitu mereka lanjut untuk mengeluarkan Baghiah dari tubuh Maira.

Baghiah berhasil dikeluarkan, namun ia ganti masuk ke dalam tubuh Aiden.

Giliran Aiden yang kini menyerang Laras.

Setelah meminta Maira untuk mengambil boneka Sabrina, Rainard membantu Laras menghadapi Baghiah.

Rainard lalu menusukkan pisau ke tubuh boneka Sabrina. Aksinya sukses membuat Baghiah keluar dari tubuh Aiden dan masuk ke dalam cermin.

Laras dan Rainard kemudian menghancurkan cermin tersebut. Melihat Baghiah tidak lagi punya tempat untuk bersembunyi, Laras menggunakan pusakanya untuk membunuh sang iblis.

Pasca kejadian tersebut, Aiden menyerahkan diri ke pihak berwajib.


Vanya bertemu dengan arwah Andini yang asli. Andini berpamitan untuk pergi ke alam lain.

Ia juga memberitahu bahwa Maira sangat mencintai Vanya.

Sejak itu Vanya akhirnya menerima Maira sebagai ibunya.


Laras dan Rainard ditelpon oleh seseorang. Kasus baru muncul. Masih ada hubungannya dengan boneka.

Laras meyakini kasus tersebut lebih parah daripada kasus boneka Sabrina.

Review Film Sabrina

Don’t reinvent the wheel“. Ini sepertinya pepatah yang dianut oleh Rocky Soraya.

Garis besar alur cerita dalam “The Doll” dan “The Doll 2” yang terbukti sukses ogah untuk diubah dalam “Sabrina”.

Terasa bahwa fokus pengembangan ada pada efek CGI yang memang layak diberi tepuk tangan.

Eksekusi jump scare dan penampakan seram juga bisa dibilang salah satu yang terbaik di antara seluruh film horor Indonesia yang pernah tayang.

Jika sebelumnya hanya Luna Maya yang aktingnya mencuri perhatian, di sini Christian Sugiono dan Richelle Georgette Skornicki seolah tidak mau kalah.

Terutama saat keduanya dirasuki oleh iblis.

aktingnya asli keren

aktingnya asli keren

Kendati demikian, sangat disayangkan kejanggalan dalam cerita malah bertambah.

Seperti luka pada tubuh karakter yang tidak semuanya sinkron dengan penyebab luka.

Contohnya, Maira dilempar ke belakang hingga punggungnya menghantam lemari namun lukanya justru muncul di dahi.

Baik Laras maupun Rainard pun tampak seperti karakter superhero. Berkali-kali ditusuk pisau namun tetap gesit.

Ajaibnya, ketika ambulans datang, mereka hanya dirawat seolah-olah sekedar mengalami luka lecet.

Inkonsistensi lain adalah ketika Maira terlihat kaget mendengar penjelasan Laras bahwa pemanggilan arwah bisa diikuti oleh entitas negatif.

Jelas-jelas ia sudah pernah mengalaminya sendiri.

Momen why dalam “The Doll 2” juga ada yang diulang. Yaitu ketika teriakan Maira dari jauh bisa membangunkan Aiden yang sedang tidur.

Ada pula bagian yang dipaksakan.

Penggunaan aplikasi pendeteksi hantu misalnya. Kita semua tahu bahwa aplikasi-aplikasi tersebut hanyalah alat prank. Tidak ada yang benar-benar berfungsi.

Apalagi ketika proses deteksi yang menggunakan kamera belakang (dihadapkan ke depan) ujug-ujug bisa mendeteksi entitas di BELAKANG pengguna. Ngawur.

But overall, “Sabrina” masih tetap layak dinobatkan sebagai salah satu film horor Indonesia terbaik.

Penutup

Kesuksesan “The Doll 2” sepertinya membuat pihak-pihak terkait berusaha TERLALU keras untuk menghasilkan sekuel yang lebih berkualitas.

Di beberapa bagian memang berhasil. Yang paling terlihat adalah jump scare dan efek CGI yang lebih bikin mulut menganga.

Akting Luna Maya, Christian Sugiono, DAN Richelle Georgette Skornicki juga luar biasa.

Namun di sisi lain, naskah jadi tidak se-solid sebelumnya. Makin banyak kejanggalan dan hal-hal yang dipaksakan.

Untungnya, dengan film yang secara keseluruhan patut diberi acungan empat jempol, kekurangan yang ada bisa dianggap tidak ada.

9/10. Amat sangat wajib ditonton.

Film ini bisa ditonton secara streaming melalui layanan Netflix.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf sabrina
Review Sabrina
  • Story
  • Acting / Characters
  • Element of Surprise
  • Recommended Watching
4.5

Summary

Secara garis besar, alur cerita hampir sama dengan “The Doll 2”. Ada beberapa kejanggalan dalam cerita serta bagian-bagian yang dipaksakan. Untungnya tertutupi oleh efek CGI yang keren serta akting pemeran utama yang menawan.

Leave a Reply