Review Film Romina (Netflix, 2018)

Dari Thailand kita berpindah ke Meksiko. Tayang eksklusif di Netflix (kalau tidak salah, ya), ada “Romina”, film bergenre horor thriller besutan sutradara Diego Cohen. Film ini mendapat rating 2.2 di IMDB, dan kabarnya juga dihajar oleh bejibun review buruk. Saya belum mengkonfirmasinya, ingin langsung membuktikan sendiri saja. Seperti apa kira-kira filmnya? Layakkah skor rating yang diberikan? Pantaskah untuk ditonton? Simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ini.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Sinopsis Singkat

poster romina 1

Ximena (diperankan oleh Arantza Ruiz), Diego (diperankan oleh Oliver Nava), Celia (diperankan oleh Claudia Zepeda), Ramon (diperankan oleh Walter Bercht), Arturo (diperankan oleh Roberto Beck), dan Ezequiel (diperankan oleh Victor Bonilla) pergi ke Lago de cristal (Crystal Lake) untuk berkemah. Dalam perjalanan Diego sempat mendapat miscal dari sahabatnya, Romina (diperankan oleh Francisca Lozano), namun saat Diego mencoba menghubunginya Romina tidak mengangkat telponnya.

Setibanya di area perkemahan, penjaga hutan (diperankan oleh Eduardo Negrete) menginformasikan hanya ada 1 orang lain yang berkemah di sana. Ia berada di area danau. Agar tidak terganggu, Diego dkk memilih untuk berkemah di tempat lain.

Saat sedang mengumpulkan kayu bakar, Eze melewati area danau. Dari kejauhan ia melihat ada sosok seorang wanita sedang berenang tanpa pakaian. Ia pun jadi asik mengintipnya.

Sementara itu, karena Eze tidak kunjung kembali, Ramon memutuskan untuk mencarinya. Ia mendapati Eze yang tengah mengintip dan ikut nimbrung. Wanita tersebut ternyata adalah Romina, sahabat Diego. Ketika hendak melihat lebih dekat, Ramon terpeleset sehingga Romina mulai curiga. Takut ketahuan, keduanya terpaksa kembali ke kemah.

Malam harinya, Celia melihat ada seseorang yang mengawasi mereka dari balik pohon. Penasaran, mereka berbagi kelompok. Celia dan Ramon mendatangi tempat penjaga hutan, sedang Diego, Ximena, dan Arturo memeriksa sekitar.

Tiba di tempat penjaga hutan, si penjaga mengaku tidak tahu menahu karena ia sedang tidur. Sementara itu, Diego dkk mendapati kemah yang ditinggali seorang wanita. Merasa tidak mungkin seorang wanita bakalan berbuat jahat, mereka pun kembali ke kemah.

Di saat yang lain pergi, Romina muncul dan menggoda Eze untuk mengikutinya. Eze melakukannya.

Tak lama, Celia, Ramon, Diego, Ximena, dan Arturo sampai di kemah. Melihat Eze tidak ada di sana, Ramon memutuskan untuk pergi mencarinya.

Beberapa waktu kemudian, Ramon menemukan Eze. Aksinya masih sama, mengintip Romina yang hendak tidur di kemahnya. Keduanya lantas nekat masuk dan memperk0s4nya. Setelah memuaskan nafsunya, mereka kembali ke kemah dan pergi tidur seolah tidak terjadi apa-apa.

Esok harinya, Diego menemukan mesin mobil mereka dirusak oleh seseorang. Ramon dan Celia bergegas menuju tempat penjaga hutan dan melaporkan hal tersebut. Anehnya, saat penjaga hutan hendak menelpon mobil derek, sambungan telponnya ternyata mati. Ia pun memberitahu Ramon dan Celia agar pergi ke jalan raya karena di area perkemahan tidak ada sinyal.

Sementara Ximena dan Arturo mengecek mobil bersama Diego, Eze yang sendirian di kemah kembali didatangi oleh Romina. Sama seperti sebelumnya, Romina menggodanya dan Eze lantas mengikutinya. Tak ada angin, tak ada hujan, Eze kemudian sudah dalam keadaan patah tulang kaki dan terikat di pohon.

Hal serupa dialami Arturo yang lebih dulu kembali ke kemah. Belakangan ia sudah diketemukan Ximena dalam kondisi pingsan dan terikat di pohon pinggir danau.

Setelah terungkap bahwa pelakunya adalah Romina, satu demi satu dari mereka menemui ajalnya. Semuanya, selain Diego, yang ternyata adalah komplotan Romina.

Tanggal Rilis: 13 Juli 2018
Durasi: 77 menit
Sutradara: Diego Cohen
Produser: –
Penulis Naskah: Diego Cohen
Produksi: A Corazón Films
Pemain: Francisca Lozano, Arantza Ruiz, Oliver Nava, Claudia Zepeda, Walter Bercht, Roberto Beck, Victor Bonilla, Eduardo Negrete

Review Singkat

Diego Cohen mungkin bercita-cita untuk membuat karya film horor slasher yang epik. Penuh dengan adegan brutal, namun tidak lupa menyelipkan bumbu teror psikologis. Mungkin. Sayangnya, kenyataan berbicara lain. Dari naskah skenario saja “Romina” sudah gagal total. Dialog yang buruk, lubang pada cerita, hal-hal di luar nalar, serta deretan karakter yang tidak membuat simpati. In the end saya bahkan tidak paham apakah semua yang dilakukan Romina adalah merupakan reaksi (atas ulah Eze dkk yang melecehkan serta meremehkannya) atau murni aksi (sebagai seorang psikopat). Padahal poin semacam ini adalah salah satu bagian yang penting dalam sebuah film bergenre tersebut di atas.

Begitu pula dengan Diego. Jika tidak ada adegan ehem ehem yang dilakukan Eze dan Ramon terhadap Romina, mungkin Diego sedari awal adalah membantu Romina membalaskan sakit hatinya karena sering dianggap remeh oleh teman-teman Diego. Tapi adegan yang memang lebih tampak sebagai fan service untuk menarik minat penonton pria itu (plus adegan mandi di danau) merusak segala logika alur yang ada.

Dari segi horor maupun slasher keduanya sama-sama gagal. Mayoritas adegan brutal tidak digamblangkan di layar. Kita cuman diberi preview sekilas prosesnya dan hasil akhirnya saja. Gimana bisa merinding.

Sebagai gantinya, Cohen memilih untuk (BANYAK) menampilkan footage area kemah, hutan, dan sungai. Sebagian dengan mode slow motion. Saking banyaknya, saya sampai yakin porsi footage gak jelas tersebut bisa mencapai 25% durasi film.

Tentu, dengan segala kegagalan di atas, sulit mengharapkan hal-hal kecil bakal diberi perhatian khusus. Saya beri dua contoh. Pertama, saat Eze hendak mengintip Romina di danau, ia meletakkan kayu bakar yang ia bawa di sisi kiri jalan setapak. Namun saat Ramon datang, tumpukan kayu bakar tersebut sudah berpindah ke sisi lainnya.

Contoh kedua saat Ramon mengetahui Celia dalam keadaan bahaya. Alih-alih berlari keluar dari jalan raya, ia justru terlihat berlari menyusurinya. Halah halah.

Penutup

Sepertinya saya harus mempertimbangkan pemberian nilai MINUS dalam sistem rating review film di Curcol.Co. Pasalnya, skor 0 bagi “Romina” bisa dibilang merupakan penghinaan bagi judul-judul lain di genre yang sama (yang sudah di-review di sini) yang memiliki skor tersebut. Naskah yang buruk, pengambilan gambar yang buruk, penyajian film yang buruk, serta akting yang buruk. Komplit sudah diborong semua oleh “Romina”. Satu-satunya hal baik yang bisa ditemui adalah durasinya yang hanya 77 menit. Setidaknya banyak waktu kita yang bisa terselamatkan tanpa terbuang sia-sia. 0/10.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

Leave a Reply