Review Film Revenge Of The Pontianak (2016)

Ini adalah film horor asal negeri Singapura yang saya tonton. Setelah sebelumnya ada “23:59“, kini giliran “Revenge of the Pontianak” atau dikenal juga dengan judul “Dendam Pontianak”. Film ini dirilis pada tanggal 29 Agustus 2019 di Singapura, dan menyusul 2 minggu kemudian di Malaysia dan Brunei Darussalam. Menariknya, sebelum ditayangkan, muncul berita bahwa salah satu pemeran utamanya melihat sendiri sosok pontianak di lokasi syuting. Gimmick? Entahlah. Apapun itu, yuk mari kita simak sinopsis dan review singkatnya di bawah ini. Cekidot!

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Sinopsis Singkat

poster revengeofthepontianak

Tahun 1965, di sebuah desa di Malaysia. Khalid (diperankan oleh Remy Ishak) melangsungkan pernikahannya dengan Siti (diperankan Shenty Feliziana). Dua sahabatnya, Reza (diperankan oleh Hisyam Hamid) dan Rais (diperankan oleh Tony Eusoff), ikut hadir. Khalid sendiri sudah memiliki seorang putra bernama Nik.

Usai pesta, Rais pulang bersama Ida, penyanyi di acara pesta yang baru dikenalnya. Dalam perjalanan, mereka dihadang dan dibunuh oleh hantu wanita (pontianak).

Esok harinya, Khalid menemukan tubuh Rais yang sudah tidak lagi bernyawa di atas sebuah pohon. Sejak itu kejadian demi kejadian aneh terus menghantui Khalid dan Reza. Bahkan Reza sempat kerasukan dan menyerang istrinya sendiri hingga ia keguguran. Dukun desa Din (diperankan oleh Namron) mengingatkan Khalid untuk mensucikan rumahnya dan memperbanyak berdoa. Namun hal tersebut tidak ia lakukan.

Belakangan terungkap bahwa sosok hantu pontianak yang meneror mereka adalah arwah dari Mina (diperankan oleh Nur Fazura), mantan kekasih Khalid yang tidak sengaja dibunuh oleh Khalid. Saat itu Reza dan Rais membantu menguburkannya. Karena kondisinya baru saja melahirkan, maka sesuai mitos, arwah Mina berubah menjadi pontianak, hantu yang haus darah. Sedangkan anak yang dilahirkan oleh Mina pada saat itu adalah Nik, yang kemudian dirawat oleh Khalid.

Dengan dibantu oleh penduduk desa, Khalid berusaha mencari pontianak dan memusnahkannya. Sayangnya, Mina yang dipenuhi dendam bisa dengan mudah membunuh satu persatu penduduk desa. Termasuk Reza dan Din. Hingga pada akhirnya Khalid pun tewas di tangannya.

Mina lalu mendatangi Siti dan Nik, satu-satunya penduduk desa yang masih hidup. Ia hendak membunuh Siti, namun dicegah oleh Nik, yang menyadari bahwa Mina adalah ibunya. Setelah memeluk Nik, Mina meminta agar Siti mengikuti keluar dan membunuhnya karena ia sudah selesai membalaskan dendamnya.

Tanggal Rilis: 29 Agustus 2019
Durasi: 1 jam 32 menit
Sutradara: Glen Goei, Gavin Yap
Produser: –
Penulis Naskah: Glen Goei, Gavin Yap
Produksi: Tiger Tiger Pictures, 13 Little Pictures, Primeworks Studios
Pemain: Nur Fazura, Remy Ishak, Hisyam Hamid, Shenty Feliziana

Review Singkat

Saya tidak tahu apakah memang sedemikian rupa interpretasi hantu di Singapura atau yang dihadirkan dalam film ini murni hanyalah kreativitas imajinasi belaka. Namun baru di “Revenge of The Pontianak” ini saya melihat ada hantu yang merangkap jadi vampir, jago bela diri, bisa bikin kesurupan, tapi juga bisa berdarah-darah karena digebukin warga. Di ending pun terlihat si pontianak hendak dibunuh dengan menggunakan sebuah batu. Nah loh.

Di sini saya jadi bingung harus menikmati film ini dari sudut pandang yang mana. Sebagai film horor, kah? Film action, kah? Film supernatural vampir, kah? Film misteri, kah? Semuanya tercampur aduk tanpa ada batasan yang jelas. Jika memang “Dendam Pontianak” ini dikategorikan sebagai film horor, karakter pontianak-nya sendiri jelas mengada-ada dan tidak konsisten. Penulis naskah dan sutradara, yang kebetulan dipegang oleh dua sosok yang sama, terlihat sama sekali tidak paham mengenai dunia mistis. Mencampuradukkan karakteristik sosok makhluk gaib (hantu pontianak a.k.a kuntilanak) dengan makhluk supernatural (vampire).

Dengan jump scare yang minimalis, yang bahkan saya tidak ingat satu pun begitu filmnya usai, plus jalan cerita yang amat sangat mudah ditebak, sulit untuk menemukan sesuatu yang keren dan layak diapresiasi dalam film ini. Selain judulnya (dalam bahasa Inggris), yang terdengar begitu menggoda untuk ditonton.

Penutup

Sama halnya dengan “23:59”, “Revenge of the Pontianak” ternyata juga menghadirkan sisi mistis yang tidak paten. Saya makin curiga bahwa mayoritas warga Singapura, termasuk orang-orang yang menggarap kedua film tersebut, sebenarnya tidak percaya akan adanya hal gaib. Jika sekedar ingin meluangkan waktu dengan menyaksikan tontonan misteri yang predictable, bolehlah “Dendam Pontianak” ini jadi pilihan. Di luar itu? Meh. 2/10.

P.S.: Setelah menulis review di atas, saya baca-baca ternyata hantu pontianak merupakan mitos yang banyak beredar di kalangan masyarakat Malaysia. Pun begitu, hantu tersebut juga populer di Singapura. Sedikit banyak sesuai dengan tebakan saya, film-film bertema horor terbilang sangat sedikit jumlahnya di negara tersebut. Bahkan film terakhir yang bertema pontianak hadir 18 tahun sebelum film ini dibuat. Tepatnya pada tahun 2001 dengan judul “Return To Pontianak”. Walau tidak akan merubah skor yang sudah saya beri, setidaknya kini saya bisa memaklumi apa yang ada di film “Revenge of The Pontianak” ini.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf revengeofthepontianak

Leave a Reply