Review Film Mall Klender (2014)

Salah satu impian saya sebagai urban explorer yang belum kesampaian adalah menelusuri bekas pusat perbelanjaan alias mall yang terbengkalai. Deket rumah sebenarnya ada. Cuman takut. Waktu masih beroperasi aja banyak kecoaknya. Apalagi saat sudah tidak beroperasi, hehehe. Nah, untungnya ada film “Mall Klender” (yang juga ditayangkan di manca negara dengan judul “The Mall”) yang bisa sedikit mengobati rasa penasaran saya. Paling tidak dari segi nuasanya. Film ini sendiri merupakan portofolio ketiga dari rumah produksi Hitmaker Studios sejak didirikan pada tahun 2012 silam. Seperti apakah filmnya?

Sinopsis Singkat

poster mallklender

Penasaran dengan dunia gaib, Mila (diperankan oleh Shandy Aulia) berusaha membuktikan keberadaan mereka dengan dibantu oleh Panji (diperankan oleh Denny Sumargo), Karina (diperankan oleh Tasya Karmila), dan Danang (diperankan oleh Saykoji). Kakek Mila yang seorang paranormal sebenarnya sudah berpesan bahwa mata batin Mila baru akan terbuka pada saat ia memasuki usia 23 tahun. Kendati demikian, Mila penasaran dan ingin bisa melihat makhluk gaib sebelum itu.

Di saat sudah mentok, tiba-tiba datang kesempatan untuk mengikuti sayembara berhadiah ratusan juta rupiah. Seorang pemilik mall ingin agar ada yang membuktikan bahwa bangunan mallnya tidak berhantu. Caranya, siapapun yang berminat akan dikurung selama 24 jam di dalam bangunan mall dan harus merekam adanya fenomena gaib sebagai bukti bahwa memang ada gangguan gaib di sana, jika ada. Mila dkk tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Awalnya terlihat aman, satu persatu gangguan mistis mulai datang. Apalagi setelah melewati pukul 12 malam dimana kebetulan Mila berulang tahun ke 23. Fenomena yang muncul bahkan semakin ekstrim dan membahayakan nyawa mereka semua. Sadar tidak ada cara lain, mereka pun berusaha untuk mencari tahu apa yang sebenarnya diinginkan oleh para penghuni mall tersebut.

Tanggal Rilis: 24 April 2014
Durasi: 1 jam 35 menit
Sutradara: David Poernomo
Produser: Rocky Soraya, Ram Soraya
Penulis Naskah: Riheam Junianti
Produksi: Hitmaker Studios
Pemain: Shandy Aulia, Denny Sumargo, Tasya Kamila, Igor Saykoji

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Maraton menonton film-film karya Hitmaker Studios membuat saya mulai memahami ciri khas mereka. Salah duanya adalah pengambilan gambar epik yang repetitif (minimal 2 kali) serta bagian epilog yang mendapat treatment serius. Dalam “308” misalnya, shoot epik yang dimaksud adalah adegan barang jatuh secara slow motion yang disyuting dari sudut rendah. Sedang dalam “Mall Klender”, ada adegan karakter yang dijatuhkan dari lantai atas hingga terhempas ke tumpukan properti di bawah. Memang belum masuk dalam kategori overused, namun menurut saya akan lebih baik jika adegan seperti itu dilakukan sekali saja. Pasti efeknya akan lebih berkesan bagi penonton.

Gambar yang memanjakan mata serta set lokasi yang keren masih menjadi andalan. Hanya ada satu hal yang mengganjal. Saya tidak tahu apakah memang saya yang salah dengar atau apa. Tapi rasanya dijelaskan di awal bahwa mall yang bersangkutan belum terlalu lama ditinggalkan oleh penghuninya. Nyatanya, banyak bagian yang digambarkan seolah sudah terbengkalai selama bertahun-tahun. Itu pun tidak konsisten. Ada gerai yang berdebu, ada pula yang masih bersih.

Ceritanya sendiri cukup menarik walau tidak terlalu spesial. Ada plot twist yang sayangnya sudah bisa ditebak sejak setidaknya babak kedua. Nyaris tidak ada lubang dalam skenario, kecuali satu yang damage-nya dalam kenyamanan menonton lumayan besar. Yaitu senter yang selalu dinyalakan pada saat para karakter melakukan penelusuran. Padahal, jelas-jelas terlihat bahwa ruangan yang mereka telusuri dalam keadaan terang benderang. Lampu ruangan bahkan menyala.

Properti handycam yang dibawa karakter Panji sempat bikin salfok karena rasanya mirip banget dengan handycam yang digunakan karakter Dudi dalam “308”. Ada sedikit ketidaktelitian perihal penggunaan handycam ini dimana saat hendak memeriksa suara di balik ruang ganti, karakter Panji justru mematikan handycam tersebut. Padahal, keberadaan mereka di mall adalah untuk mencari bukti keberadaan makhluk gaib. Lah ini kok malah tidak berusaha direkam.

Dari sisi horor, saya biasanya tidak terlalu suka dengan yang mengandalkan make up seram belaka. Pun begitu, penampakan-penampakan yang ada dalam “Mall Klender” layak untuk diberi acungan jempol. Terutama arwah korban kebakaran yang tampil menggantung di toilet.

Untuk akting, kali ini saya tidak ada hujatan bagi Shandy Aulia. Memang ini yang saya harapkan dari aktris sekelas dia. Tidak seperti penampilannya dalam “Rumah Gurita” dan “308” yang amat menyiksa mata dan batin. Akting Denny Soemargo juga lagi-lagi berhasil mencuri perhatian. Sangat amat meyakinkan.

Penutup

Walau ada bagian yang tidak konsisten dengan narasi, set mall terbengkalai yang digunakan sesuai dengan harapan saya. Penggunaan senter yang terus menerus, termasuk saat masuk ke dalam ruangan terang yang lampunya menyala, bikin sedikit ilfil. Inti cerita dan twist pun mudah ditebak. Untung lagi-lagi variasi lokasi yang digunakan dalam area mall sedikit banyak mampu menutupi kekurangan yang ada. Punya potensi dan seharusnya bisa jauh lebih baik lagi. 7/10.

Catatan: rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf mallklender

Leave a Reply