Review Film Kelam (2019)

Saya sebenarnya meluncur ke bioskop untuk menonton film Kelam dengan tanpa berekspektasi apa-apa. Dan itu sebenarnya sudah merupakan keputusan yang tepat karena, yah, terbukti tidak ada apa-apa yang bisa diharapkan dari film yang ceritanya sekelam judulnya itu. Tapi entah kenapa kok ya tetep sebel jadinya. Saking sebelnya sampai lupa untuk menulis reviewnya. Padahal sudah nonton sejak sesi pertama di hari pertama tayang loh.

Sinopsis Singkat

poster kelam

Nina (diperankan oleh Aura Kasih) dan anaknya, Sasha (diperankan Giselle Tambunan), diminta datang ke rumah ibunya, Dewi (diperankan oleh Rina Hassim), karena ibunya mengalami stroke ringan. Mereka pun tinggal di sana bersama dengan adik Nina, Fenny (diperankan oleh Amanda Manopo), untuk sementara waktu. Sebuah insiden membuat Sasha, yang sejak bayi menderita kebocoran jantung, mengalami kolaps dan harus segera melakukan transplantasi. Untungnya, di saat bersamaan, ada orang tua yang mendonorkan jantung anaknya, Tiara, yang baru saja meninggal dunia. Anehnya, sejak melakukan operasi transplantasi jantung tersebut kejadian demi kejadian aneh mulai terjadi di rumah Dewi. Apa sebenarnya yang terjadi?

Tanggal Rilis: 24 Oktober 2019
Durasi: 1 jam 15 menit
Sutradara: Erwin Arnada
Produser: Heri Gunawan
Penulis Naskah: Fajar Umbara
Produksi: Open Door Film
Pemain: Aura Kasih, Amanda Manopo, Rina Hassim, Giselle Tambunan, Evan Sanders

Review Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!

Setelah minggu lalu kita dibuai oleh Perempuan Tanah Jahanam yang seolah-olah membawa angin segar pada standar perfilman horor lokal, lagi-lagi kita harus menerima kenyataan bahwa masih banyak film horor lokal yang alih-alih bikin serem malah sukses bikin ilfil. Kelam salah satunya.

Selain adegan Aura Kasih lagi mandi sepertinya tidak ada lagi yang berkesan dalam film ini. Dialognya tidak sinkron dengan alur cerita, alur ceritanya tidak jelas, setannya tidak bikin takut, set latarnya bikin bingung, dan lain-lain.

Agar tidak dianggap hoax, saya coba jabarkan beberapa di antaranya.

  • Di awal Nina memang menyebutkan sekilas mengenai Sasha yang jantungnya bermasalah (tidak secara detil). Menjadi membingungkan ketika Sasha yang tiba-tiba pingsan ujung-ujungnya divonis harus melakukan transplantasi jantung. Tidak dijelaskan sama sekali apa penyebabnya. Saya justru baru tahu setelah membaca ulang sinopsisnya.
  • Proses transplantasi jantung bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Terkadang butuh waktu lama karena harus antrian pasien serta untuk menemukan donor jantung yang cocok. Di film ini hal tersebut terjadi secara instan. MUNGKIN SAJA proses pencarian donor sudah berlangsung sejak Sasha masih kecil, namun karena tidak dijelaskan sama sekali membuat penonton jadi bertanya-tanya.
  • Karakter A mengalami kejadian X misalnya. Di adegan berikutnya, karakter A bercerita ke karakter B bahwa ia mengalami kejadian XYZ. Ini terjadi beberapa kali, tidak hanya sekali.
  • Nina marah pada pembantu rumah tangga (saya lupa namanya) saat PRT tersebut bercerita bahwa banyak kejadian aneh di rumah Dewi. Padahal jelas-jelas Nina sendiri juga mengalami hal-hal aneh tersebut.
  • Alur cerita horor usang yang masih dipakai, dimana dalam satu adegan ada karakter yang dihantui penampakan, namun di adegan berikutnya karakter yang bersangkutan seolah tidak mengalami apa-apa.

Itu aja deh. Malas juga soalnya kalau harus mengingat-ingat lagi filmnya.

Saya pribadi sebenarnya berharap ada kejutan yang menyenangkan seperti dalam film horor Aura Kasih sebelumnya, Pintu Merah. Sayangnya bukan pintu merah yang didapat, melainkan skor merah untuk Kelam.

Kesimpulan

Mau disimpulkan apa lagi? Skip aja lah, hemat dana nonton bioskop Anda dengan tidak menonton film Kelam ini. Setelah 2 film horor sebelumnya (Nini Thowok dan Tusuk Jelangkung di Lubang Buaya) yang kualitasnya juga di bawah standar, sebaiknya Erwin Arnada harus berpikir ulang untuk menggarap proyek dengan genre serupa di masa depan.

rf kelam

Leave a Reply