Review Film Fear Street Part Two: 1978 (Netflix, 2021)

Sesuai jadwal, seminggu setelah Fear Street trilogi dibuka, hari ini bagian keduanya hadir. Yaitu “Fear Street Part Two: 1978”.

Leigh Janiak masih duduk di kursi sutradara. Demikian pula dengan Phil Graziadei yang bertanggungjawab atas jalannya cerita. Segai pembeda adalah nama Zak Olkewicz yang menggantikan Kyle Killen sebagai penulis naskah.

Sebagai pengingat, di “1994” lalu, Deena dan rekan-rekannya harus berhadapan dengan kutukan penyihir Sarah Fier yang telah membuat kehidupan di kota Shadyside, tempat mereka tinggal, menjadi kelam ratusan tahun lamanya.

Dengan dua sahabatnya sudah menjadi korban, Deena dan adiknya, Josh, kini harus berusaha untuk menyadarkan kembali kekasih Deena, Sam, yang dirasuki oleh arwah Sarah. Berhasilkah mereka melakukannya?

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Alur Cerita / Sinopsis Singkat

poster fear street part two 1978

poster fear street part two 1978

Pesan yang sebelumnya ditulis oleh sheriff Nick Goode (diperankan oleh Ashley Zukerman) ternyata ditujukan untuk C. Berman (diperankan oleh Gillian Jacobs).

Saat Berman terlelap, seseorang masuk ke dalam rumahnya. Ia adalah Deena (diperankan oleh Kiana Madeira), yang datang bersama Josh (diperankan oleh Benjamin Flores Jr.) dan Sam (diperankan oleh Olivia Welch).

Tujuannya jelas. Deena ingin agar Berman membantunya menyelamatkan Sam dari kutukan Sarah. Walau awalnya menolak, Berman akhirnya setuju untuk membantu mereka.

Setelah mengurung Sam yang masih dirasuki oleh arwah Sarah di kamar mandi, Berman memulai dengan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya di Camp Nightwing.

Ziggy Berman (diperankan oleh Sadie Sink) adalah salah satu peserta perkemahan Nightwing. Sementara kakaknya, Cindy Berman (diperankan oleh Emily Rudd) adalah pengawas di acara perkemahan tersebut.

Saat Cindy tengah bersama kekasihnya, Tommy Slater (diperankan oleh McCabe Slye), perawat Mary Lane tiba-tiba muncul dan berusaha membunuh Tommy. Tommy berhasil melumpuhkannya.

Sebelum itu, Mary sempat berucap bahwa Tommy sudah ditakdirkan mati nanti malam. Oleh karena itu lebih baik ia lebih dulu membunuhnya.

Insiden tersebut membuat Tommy syok dan kepikiran. Kendati demikian, hampir semua orang di sana menganggapnya angin lalu. Pasalnya, Mary adalah ibu dari Ruby Lane (diperankan oleh Jordyn DiNatale), yang beberapa waktu sebelumnya baru saja menjadi pelaku pembunuhan sadis.

Kepo, Cindy dan Tommy membobol kantor Mary dan menemukan buku catatan tentang Sarah. Terdapat pula peta perkemahan Nightwing dengan beberapa coretan dan tanda silang.

Di sana keduanya bertemu dengan Alice (diperankan oleh Ryan Simpkins) dan Arnie, kekasihnya. Alice dulunya adalah sahabat baik Cindy sebelum Cindy kemudian mendadak berubah dan menjauhinya.

Peta perkemahan yang ada dalam buku membuat Alice penasaran. Ia pun merebut buku tersebut dan bergegas menuju lokasi tanda-tanda silang yang ada bersama Arnie. Mau tidak mau Cindy dan Tommy menyusulnya.

Di TKP, tanda-tanda silang tersebut ternyata merupakan titik titik penggalian yang dilakukan oleh Mary.

Tak jauh dari sana, terdapat sebuah rumah bawah tanah yang dicurigai merupakan tempat tinggal penyihir Sarah dulu. Hal itu diperkuat dengan adanya Witch’s Mark, atau lingkaran penyihir, yang ada di lantai.

Tommy yang sedari tadi terdiam tiba-tiba berubah. Seperti dirasuki, ia lantas mengambil sebuah kapak dan membunuh Arnie. Untungnya Cindy dan Alice berhasil menyelamatkan diri ke dalam sebuah terowongan rahasia di balik tembok rumah.

Sementara keduanya berusaha mencari jalan keluar dari terowongan tersebut, Tommy mulai menuju perkemahan dan membantai orang-orang yang ia temui.

Ziggy juga nyaris jadi korban jika tidak diselamatkan oleh Nick Goode muda (diperankan oleh Ted Sutherland).

Setelah para penghuni camp meninggalkan perkemahan, Cindy, Alice, dan Ziggy yang tertinggal berhasil membunuh Tommy. Tidak itu saja, Alice bahkan menemukan potongan tangan Sarah yang menjadi sumber bencana di Shadyside selama ini.

Ketiganya lalu berencana untuk menguburkan kembali potongan tangan tersebut bersama tubuh Sarah. Belum sempat mereka beranjak pergi, Tommy sudah bangkit dan langsung membunuh Alice.

Hal itu disusul dengan munculnya para pembunuh Shadyside yang, sesuai rumor, memang dikuasai oleh Sarah. Salah satunya adalah Ruby Lane.

Tanpa membuang waktu lagi, Cindy dan Ziggy menuju pohon tempat dahulu Sarah digantung. Tanpa disangka, tubuh Sarah sudah tidak ada lagi di sana.

Dikepung oleh para pembunuh Shadyside, keduanya pun akhirnya tewas.

Hingga tanpa diduga Nick muncul dan memberikan CPR pada Ziggy. Ziggy hidup kembali dan setelah itu menggunakan nama aslinya, Christine Berman a.k.a C. Berman.

Usai mendengar cerita Christine, Deena memberitahu bahwa ia tahu dimana tubuh Sarah berada.

Begitu mendapatkan potongan tangan Sarah, Deena dan Josh menuju lokasi Sam sebelumnya mengalami kecelakaan.

Tidak ingin adiknya celaka, Deena seorang diri menggali kuburan Sarah dan meletakkan potongan tangannya di atas tulang belulang Sarah.

Sesaat setelah Deena meletakkan potongan tangan Sarah, dirinya tiba-tiba terlempar ke masa lalu. Tepatnya ke dalam diri Sarah Fier di tahun 1666.

Tanggal Rilis: 9 Juli 2021
Durasi: 110 menit
Sutradara: Leigh Janiak
Produser: Peter Chernin, Jenno Topping, David Ready
Penulis Naskah: Zak Olkewicz, Phil Graziadei, Leigh Janiak
Produksi: Chernin Entertainment
Pemain: Sadie Sink, Emily Rudd, McCabe Slye, Gillian Jacobs

Review Singkat

Dengan sosok Cindy yang menyebalkan di (hampir) sepanjang film, sulit bagi saya untuk bersimpati terhadap apa yang ia alami. Berbanding terbalik dengan karakter Ziggy yang lebih ‘adorable‘.

Masalahnya, Cindy adalah tokoh sentral dalam “Fear Street Part Two: 1978”. Pengalaman menonton yang saya alami terasa jauh berkurang ketimbang di film bagian pertamanya lalu.

Padahal, secara keseluruhan ceritanya cukup menghibur. Feel slasher oldies masih terasa walau lebih malu-malu menghadirkan adegan sadis.

Dan ini terus terang yang bikin saya jarang menonton genre horor yang dibintangi oleh remaja tanggung atau di bawahnya. Adegan bunuh-bunuhan dan kawan-kawannya pasti (banyak) disamarkan.

Di sisi lain, film ini sebenarnya bukan untuk remaja tanggung. Melainkan untuk 18 tahun ke atas. Ada beberapa aksi hubungan intim yang tidak diperuntukkan untuk bocil.

Semuanya jadi serba nanggung.

Penutup

As much as I loved the story, tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan beberapa karakter (bukan akting pemainnya, ya) membuat pengalaman menonton jauh berkurang.

“Fear Street Part Two: 1978” memang masih berhasil membawakan nuansa horor slasher klasik seperti bagian pertamanya.

Namun dengan kebiasaan film Hollywood yang tidak menyuguhkan adegan sadis pada anak-anak di bawah umur secara gamblang, kengerian yang semestinya ada menjadi tidak maksimal.

Yang ada malah dua kali dikagetkan dengan munculnya adegan hubungan s3ksu4l. Harus buru-buru ngecilin speaker sebelum dituduh yang nggak nggak oleh tetangga sebelah, hehehe.

2.5/5.

Film ini bisa ditonton secara streaming di layanan Netflix.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf fear street 1978
Review Fear Street Part Two: 1978
  • Story
  • Acting / Characters
  • Element of Surprise
  • Recommended Watching
2.5

Summary

Cerita secara keseluruhan menghibur walau tidak istimewa. Adegan slasher-nya nanggung dikarenakan sebagian korban adalah anak di bawah umur sehingga tidak disajikan secara gamblang. Karakter sentral lumayan annoying dan bikin pengalaman menonton jauh berkurang.

Leave a Reply