Review Film Arwah Tumbal Nyai: Part Tumbal (2020)

Saatnya menutup perjalanan trilogi “Arwah Tumbal Nyai” dengan film ketiganya, “Part Tumbal”.

Dibintangi oleh Dewi Perssik, film ini akan mengungkapkan hubungan apa sebenarnya antara dirinya dan juga Surkiani (karakter utama dalam “Part Arwah“) dan Rosmalina (karakter utama dalam “Part Nyai”.

Namun pertanyaan yang lebih utama, mampukah film ini menebus dosa kedua film pendahulunya yang secara kualitas berada jauh di bawah rata-rata?

Langsung deh simak sinopsis dan juga review singkatnya di bawah ini.

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

Alur Cerita / Sinopsis Singkat

poster arwah tumbal nyai part tumbal

poster arwah tumbal nyai part tumbal

Sejak memutar piringan hitam yang berisi lagu “Cublak Cublak Suweng” pemberian neneknya, pria-pria yang dicintai oleh Dewi (diperankan oleh Dewi Perssik) selalu saja tewas dengan misterius. Dewi juga acap diteror oleh makhluk halus.

Sebelumnya, ketika berlibur bersama suaminya, Arya (diperankan oleh Angga Wijaya), di sebuah hotel, Dewi sempat bertemu dengan seorang kakek buta (diperankan oleh Otig Pakis) yang memberitahu bahwa Dewi telah memanggil ‘mereka’.

Di hotel yang sama, Dewi juga merasakan ada sesuatu di dalam kamar bernomer 626.

Setelah kehilangan Arya dan juga Erik (diperankan oleh Bertrand Antolin), Dewi kini berpacaran dengan Dimas (diperankan oleh Yama Carlos).

Dimas yang tahu Dewi masih saja memutar piringan hitam tersebut mengingatkannya agar tidak melakukan hal itu. Untuk meyakinkan Dewi, Dimas mengajaknya bertemu dengan seorang paranormal bernama mbah Darmi (diperankan oleh Lenny Charlote).

Tanpa diberitahu, mbah Darmi ternyata tahu mengenai piringan hitam tersebut. Ketika ditanya, mbah Darmi menyatakan bahwa semua itu bersumber dari seorang dukun santet yang sudah tewas dibakar massa.

Satu-satunya cara agar Dewi terbebas adalah dengan menghentikan ‘permainan’ tersebut.

Dewi rupanya tidak percaya dengan ucapan mbah Darmi.

Berbeda dengan ibunya, Ratih (diperankan oleh Keke Harun), yang menyatakan bahwa Dewi memang tidak seharusnya memutar piringan hitam tersebut. Menurut Ratih, Dewi harus menancapkan pisau di kuburan.

Pisau apa serta kuburan apa sama sekali tidak dijelaskan.

Untuk menjaga Dewi, ibunya meminta agar Dimas serta Ivan (diperankan oleh Evan Sanders), anak dari temannya, untuk sementara tinggal di rumah mereka.

Dewi bertemu dengan kakek buta di dalam rumah. Kakek tersebut memberitahu bahwa Dewi adalah tumbal. Untuk mencari jawabannya, ia harus mendengarkan lagu dalam piringan hitam hingga tuntas.

Aksinya tentu saja dicegah oleh Ratih. Ratih diam-diam menyembunyikan piringan hitam tersebut di loteng.

Nahas, usai melakukannya, Ratih justru dihantui oleh hantu seorang anak perempuan hingga tewas.

Pasca kejadian tersebut, Dewi menemukan buku harian ibunya. Dalam salah satu halaman tertulis mengenai ibu Ratih (nenek Dewi) yang tewas karena dibakar massa.

Penasaran, Dewi memutuskan untuk menemui mbah Darmi dengan membawa lukisan foto neneknya. Di balik lukisan tersebut rupanya tersimpan sebuah foto lama. Terdapat beberapa orang di sana, termasuk nenek Dewi dan juga kakek buta.

Ketika ditunjukkan foto tersebut, mbah Darmi menjelaskan siapa saja orang-orang yang ada dalam foto tersebut. Yaitu Lela (nenek Syurkiani), Sunaroh (nenek Rosmalina), dan Sulastri (nenek Dewi). Untuk si kakek buta ia sama sekali tidak mengenalinya.

Dewi dan Dimas mengkonfrontasi Ivan, menanyakan dimana ibunya menyimpan piringan hitam. Ivan mengaku tidak tahu menahu.

Malam harinya, hantu wanita menyamar menjadi Dewi dan membunuh Dimas.

Usai diteror makhluk halus di dalam lemari, Dewi pergi ke rumah mbah Darmi bersama Ivan. Setibanya di sana, mbah Darmi ternyata sudah tewas.

Kembali ke rumah, Ivan dan Dewi akhirnya menemukan piringan hitam yang disembunyikan di loteng. Tanpa membuang waktu mereka segera memutarnya dan mendengarkan hingga tuntas.

Seolah terlempar ke masa lalu, Dewi teringat kembali kejadian saat ia masih kecil. Neneknya membunuh temannya, Asih (diperankan oleh Arsyah), dan ibunya (diperankan oleh Ischa Sargita) dengan cara melemparkan mereka ke dalam sumur.

Dewi kini yakin bahwa yang menghantui dirinya selama ini adalah arwah penasaran Asih dan ibunya, yang dendam karena ia tidak membantu mereka.

Terlebih sejak terakhir bertemu Asih, ibu dan nenek Dewi selalu marah apabila Dewi menanyakan kabar temannya itu.

Mendengarnya, Ivan merespon dengan mengambil keris yang dipajang di dinding dan mengajak Dewi mencari kuburan mereka. Dewi mengiyakan.

Ivan dan Dewi tiba di kampung halaman Dewi. Mereka menginap di rumah Sulastri.

Ivan sebenarnya agak curiga melihat rumah tersebut dalam keadaan bersih dan terawat. Pun begitu Dewi tidak menghiraukannya. Ia mengajak Ivan untuk beristirahat sebelum esok harinya mereka mencari makam Asih dan ibunya.

Tiba-tiba seorang wanita bernama Sari muncul. Ia mengaku sebagai penjaga rumah tersebut. Ketika ditanya, ia juga mengaku tahu perihal Sulastri yang membunuh Asih.

Sari menceritakan bahwa Asih dibunuh untuk dijadikan tumbal karena ia lahir tepat pada tanggal 1 Suro. Dewi kaget karena ia juga lahir pada tanggal yang sama.

Sari lantas mengingatkan bahwa Dewi tidak boleh jatuh cinta pada laki-laki manapun. Ia pun harus berhati-hati mengingat ada banyak dukun santet yang memburu orang-orang seperti Dewi untuk dibunuh dan dijadikan tumbal.

Dengan diantar oleh Sari, Dewi dan Ivan lalu menuju ke sumur di belakang rumah, tempat dulu Asih dan ibunya ditenggelamkan oleh Sulastri.

Sari mengaku jenazah mereka tetap ada di sana karena sampai sekarang tidak ada yang mengetahui hal itu selain dirinya.

Tengah malam Dewi dan Ivan mendapat gangguan gaib. Ivan mengajak Dewi untuk malam itu juga menancapkan keris yang dimaksud. Dewi setuju.

Bersama dengan Sari, ketiganya bergegas menuju sumur. Ivan pun turun ke bawah dengan menggunakan tali sumur, dibantu oleh Sari dan Dewi.

Apes, hantu ibu Asih tiba-tiba muncul di belakang Sari dan Dewi. Ketakutan, mereka reflek kabur ke dalam rumah dan melepaskan tali, mengakibatkan Ivan terjatuh ke dalam air.

Di dalam rumah, Dewi menemukan Sari sudah dalam kondisi meninggal. Ia sendiri terus-terusan dihantui oleh makhluk halus.

Sementara itu, di dalam sumur, Ivan menemukan sebuah gua yang berisi tumpukan tengkorak korban tumbal. Ia lalu menancapkan kerisnya di sana. Sebuah cahaya terang muncul.

Beberapa saat kemudian, Ivan berhasil memanjat naik keluar dari sumur. Dewi segera menyambutnya.

Dewi menemukan sebuah kotak yang berisi potongan artifak seperti yang dimiliki oleh Syurkiani dan Rosmalina.

Bertiga mereka lantas menuju kamar 626 di hotel tempatnya menginap bersama Arya. Ketiga potongan artifak tersebut ternyata merupakan kunci untuk membuka pintu kamar 626.

Di dalam, selain terdapat sosok hantu-hantu yang selama ini menghantui mereka, juga ada lukisan besar foto yang dimiliki Dewi sebelumnya.

Ketika ketiganya menghampiri lukisan tersebut, tanpa disangka jiwa mereka terserap ke dalamnya. Sesaat kemudian gambar lukisan tersebut sudah berubah menjadi gambar Dewi, Syurkiani, dan Rosmalina.

Tanggal Rilis: 3 Desember 2020
Durasi: 1 jam 27 menit
Sutradara: Arie Azis
Produser: Fransen Susanto, Raffi Ahmad, Melia Indriati
Penulis Naskah: Aviv Elham
Produksi: RA Pictures
Pemain: Dewi Perssik, Evan Sanders, Yama Carlos, Bertrant Antolin, Keke Harun, Zaskia Gotik, Ayu Tingting, Angga Wijaya, Otig Pakis, Tuti Kembang Mentari, Lenny Charlote

Review Singkat

“Part Tumbal” menutup perjalanan trilogi film “Arwah Tumbal Nyai” dengan sedikit (banget) lebih baik ketimbang dua film pendahulunya.

Sama seperti “Part Nyai“, terlihat perbaikan kualitas dari sisi produksi. Seperti sinematografi dan color grading.

Walau masih ada adegan maupun dialog yang bertele-tele, jumlahnya tidak semasif sebelumnya.

Kualitas akting Dewi Perssik juga tampak jelas lebih matang ketimbang Zaskia Gotik dan Ayu Tingting. Terlebih saat ia dipasangkan dengan suaminya sendiri, Angga Wijaya. Terlihat alami dan tidak dibuat-buat.

Namun pada akhirnya tetap saja. Cerita tetap berantakan dan dihiasi oleh kejanggalan.

Ketika Dewi hendak masuk ke kamar nomer 626 dan dicegah oleh manajer hotel misalnya. Dengan tololnya ia mempertanyakan kenapa ia tidak boleh masuk.

Ya namanya juga di hotel. Mana boleh sembarangan masuk ke kamar orang lain. Jadi gemes.

Masih di hotel yang sama. Saat Dewi tiba-tiba terkurung di salah satu bilik toilet umum, Arya bisa ujug-ujug datang karena mendengar suara teriakannya.

Padahal sebelum masuk ke toilet ditunjukkan Dewi sedang berada di lift sendirian. Tidak ada Arya di sekitarnya.

Tapi memang sepertinya teriakan Dewi cukup ampuh untuk memanggil orang dalam film ini. Setiap kali ia berteriak, selalu saja ada orang yang berdatangan tergopoh-gopoh.

Hal yang sama tidak berlaku jika orang lain yang berteriak.

Jika puncak kebodohan dalam “Part Nyai” ada pada Rosmalina yang memilih untuk pasrah melihat anaknya dibawa nyai ketimbang melompat pagar yang tingginya hanya separuh badan, rekor adegan bodoh dalam “Part Tumbal” dipegang oleh momen saat ibu Asih mengetahui Sulastri hendak membunuh Asih.

Alih-alih menarik Asih yang dipegang oleh tangan kanan Sulastri, ia justru hanya MEMEGANGI tangan kiri Sulastri. Entah apa maksudnya.

Setelah hubungan antara Dewi, Rosmalina, dan Syurkiani terungkap, saya tentu berekspektasi ada penutup trilogi yang mantap.

Alih-alih menyuguhkannya, film ini justru melakukan sebaliknya. Sebuah ending trilogi terkoplak dan ter-why yang pernah saya lihat.

Saya memang paham maksudnya. Yah, walau tidak 100%, bisa lah dikira-kira. Bahwa yang berada di balik semua itu adalah si kakek buta. Ia seolah-olah membantu Dewi dkk, padahal sebenarnya hendak memancing mereka untuk masuk ke kamar 626.

Masalahnya, dengan penutup yang sedemikian rupa, saya yakin ceritanya malah jadi lebih (sedikit) mending jika berdiri terpisah tanpa diberi embel-embel trilogi ala kadarnya.

Untuk elemen horor dan jump scare seperti yang bisa ditemui di film-film keluaran RA Pictures, ya.

Saya pribadi tidak suka penampakan dengan modal make-up seram. Namun saya sadar butuh keahlian khusus untuk bisa membuat make-up semacam itu. Jadi no comment deh.

Penutup

Meski ada sedikit peningkatan dari segi eksekusi, “Arwah Tumbal Nyai: Part Tumbal” tetap tidak layak untuk menjadi penutup trilogi.

Cerita yang cenderung membosankan, dialog yang tidak meyakinkan, jump scare yang tidak menyeramkan, serta adegan janggal yang bikin kepala bergeleng ke kiri dan ke kanan.

Akting Dewi Perssik memang menjadi nilai tambah. Sayangnya tidak cukup untuk menyelamatkan film ini dari bahan ghibah.

Ide trilogi yang sebenarnya bisa diolah ujung-ujungnya hanya jadi musibah.

Musibah bagi yang sudah terlanjur merogoh kocek untuk menontonnya…

2/10.

Film ini bisa ditonton secara streaming melalui layanan Disney+ Hotstar.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf arwah tumbal nyai part tumbal

Leave a Reply