Review Film Arwah Tumbal Nyai: Part Nyai (2018)

Setelah hampir 1.5 tahun berselang, akhirnya saya menonton bagian kedua dari trilogi film “Arwah Tumbal Nyai”, yaitu “Part Nyai”. Ceritanya tentu saja masih berhubungan dengan bagian pertamanya, “Part Arwah“.

Kendati demikian, dengan kualitas cerita dan film secara keseluruhan dari film perdananya yang sama sekali tidak memuaskan, tentu saya tidak berharap banyak dengan judul ini.

Namun apakah perkiraan saya salah?

Yuk simak sinopsis dan review singkat dari “Arwah Tumbal Nyai: Part Nyai” di bawah ini untuk tahu jawabannya.

Sinopsis Singkat

WARNING! Tulisan di bawah ini mengandung SPOILER!!!

arwahtumbalnyai 2

Sejak Naroh (diperankan oleh Jajang C. Noer), nenek Rosmalina (diperankan oleh Ayu Tingting), meninggal, Rosmalina acap mengalami gangguan gaib di rumahnya.

Seiring dengan itu, putrinya, Nayla (diperankan oleh Aqilla Herby), mengaku memiliki teman seorang nyai. Pun begitu, Rosmalina sama sekali tidak pernah melihat teman yang dimaksud Nayla itu.

Reno (diperankan oleh Raffi Ahmad), kekasih Rosmalina, sempat mengajak Rosmalina untuk tinggal saja di rumahnya bersama dengan Nayla. Rosmalina menolak dengan alasan Nayla pasti tidak mau berpisah dengan teman khayalannya.

Terlebih kemudian ada tante Dahlia (diperankan oleh Ayu Diah Pasha), yang mau menginap di rumah Rosmalina untuk sementara waktu dan membantu Rosmalina menjaga Nayla ketika ia bekerja.

Apes, gangguan gaib tersebut ternyata tidak hanya berhenti di rumah. Melainkan berlanjut ke bioskop tempat Rosmalina bekerja.

Dahlia bahkan ikut diteror dan tewas tertimpa lemari.

Dengan meninggalnya Dahlia, mau tidak mau Rosmalina dan Nayla kini tinggal di rumah Reno. Pun begitu, Reno tidak menempati rumah tersebut. Keduanya hanya ditemani oleh asisten rumah tangga Reno, mbak Sri (diperankan oleh Echa Permatasari).

Nayla awalnya sama sekali tidak antusias meski sudah disediakan kamar yang penuh dengan mainan. Hingga akhirnya ia mengetahui bahwa si ‘nyai’ ternyata mengikutinya ke rumah tersebut.

Malam harinya, Nayla asyik bermain sembari tertawa-tawa. Mbak Sri keheranan melihatnya.

Esoknya, ketika ditanya, Nayla mengaku semalam bermain dengan nyai. Ia meminta agar mbak Sri tidak memberitahukan hal itu pada ibunya agar nyai tidak marah.

Alih-alih menuruti permintaan Nayla, mbak Sri justru melaporkannya pada Rosmalina dan Reno. Rosmalina pun kembali gelisah.

Esok harinya, Rosmalina mendapati Nayla menggambar dirinya tengah digandeng oleh seorang wanita berambut dan berkuku panjang.

Diberitahu akan hal itu, Reno mencoba mengecek rekaman CCTV. Tidak ada apa-apa di sana.

Seorang kakek (diperankan oleh Otig Pakis) tiba-tiba muncul di hadapan Rosmalina, menyatakan bahwa Naroh memiliki sebuah perjanjian. Saat Reno datang, kakek tersebut mendadak menghilang begitu saja.

Penasaran, Rosmalina lantas mendatangi rumah neneknya bersama dengan Reno.

Di sana, mereka mengecek ruang bawah tanah dimana dulu ia pernah melihat neneknya beberapa kali memasukinya dengan membawa kemenyan.

Di dalam, makhluk gaib langsung menyerang Reno hingga ia terjatuh tak sadarkan diri.

Sementara itu, Rosmalina dirasuki oleh nyai dan dipertemukan dengan arwah neneknya. Naroh berpesan agar Rosmalina melanjutkan perjanjian yang telah ia lakukan, tanpa menjelaskan lebih lanjut bentuk perjanjian yang dimaksud.

Beberapa waktu kemudian, Reno yang tersadar menemukan Rosmalina dalam keadaan pingsan di pinggir sungai. Ia lalu membawanya pulang ke rumahnya.

Untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Reno memanggil seorang kyai (diperankan oleh Rahman Yacob).

Begitu sang kyai memasuki rumah Reno, Rosmalina kembali dirasuki oleh nyai. Kyai pun berusaha untuk mengusirnya. Usahanya berhasil.

Untuk mendapatkan petunjuk, Rosmalina dan Reno menemui abah (diperankan oleh Fuad Idris) yang paham budaya kuno. Anehnya, saat ditunjukkan artifak yang diperoleh Rosmalina dan Reno dari rumah Naroh, abah terlihat ketakutan dan mengaku tidak paham hal itu.

Di cafe, Rosmalina tanpa sengaja bertemu dan berkenalan dengan Dewi (diperankan oleh Dewi Perssik). Sementara itu, usai bertemu Rosmalina, Dewi juga tanpa sengaja berpapasan dengan Syurkiani (diperankan oleh Zaskia Gotik).

Di bioskop tempatnya bekerja, Rosmalina sempat melihat kakek yang sebelumnya ada di rumah Reno. Hal itu membuatnya khawatir.

Mengetahuinya, Reno memutuskan untuk menginap di rumah nanti malam.

Apes, malam harinya Reno diserang oleh nyai. Rosmalina segera meminta Nayla membantunya membujuk nyai. Nayla setuju. Dan berkat bantuan Nayla, nyawa Reno masih bisa selamat.

Rosmalina akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus mengurus Nayla. Dengan demikian ia juga tidak perlu lagi tinggal di rumah Reno dan membahayakan nyawanya.

Rosmalina kembali bertemu dengan sang kakek. Kali ini kakek tersebut mengingatkan agar Rosmalina mau melanjutkan perjanjian yang telah dilakukan oleh neneknya. Yaitu agar keturunannya menjadi pengabdi nyai.

Jika Rosmalina menolak, maka orang-orang yang ia cintai akan dibunuh.

Reno curiga bahwa keturunan yang dimaksud sebenarnya bukan Rosmalina, melainkan Nayla.

Tebakannya tepat. Nayla mendadak menghilang. Namun ada petunjuk berupa gambar kuburan keluarga Rosmalina.

Rosmalina dan Reno bergegas menuju ke sana.

Setibanya di sana, mereka kaget begitu mendapati Nayla tengah memberi hormat pada nyai, tanda pengabdiannya.

Reno yang coba menolong malah ujung-ujungnya tewas tertancap pagar.

Perlahan nyai mengajak Nayla pergi bersamanya. Rosmalina hanya bisa melihat sembari meratap.

Usai mengunjungi makam Reno, Rosmalina berpapasan kembali dengan Dewi. Dewi terdiam melihat Rosmalina, lantas tersenyum simpul.

Tanggal Rilis: 29 November 2018
Durasi: 99 menit
Sutradara: Arie Azis
Produser: Raffi Ahmad
Penulis Naskah: Aviv Elham
Produksi: RA Pictures
Pemain: Zaskia Gotix, Dewi Perssik, Aqilla Herby, Ayu Ting Ting, Raffi Ahmad, Ayu Dyah Pasha, Echa Permatasari, Otig Pakis, Tyas Mirasih, Rafi Haikal, Rahman Yacob, Jajang C. Noer, Fuad Idris, Mak Nur

Review Singkat

Mari kita bicara hal baiknya terlebih dahulu.

Kesan FTV yang sebelumnya kental dalam Part Arwah untungnya sudah tiada. Secara keseluruhan, hasil produksi film ini memang terlihat seperti layaknya sebuah film layar lebar.

Momen pertemuan singkat antar pemeran utama dari masing-masing film dalam trilogi “Arwah Tumbal Nyai” juga boleh lah sebagai sedikit benang merah.

Masalahnya, hanya dua itu saja hal baik yang bisa saya peroleh sepanjang hampir 100 menit menonton film ini.

Kejanggalan demi kejanggalan masih saja menjadi suguhan setia. Seolah ingin menjadikannya ciri khas.

Bagaimana mungkin Reno memiliki sebuah rumah yang tidak ia tinggali namun secara kebetulan terdapat satu kamar anak-anak dan satu kamar bermain di dalamnya.

Rosmalina, sebagai karyawan bioskop, bahkan bisa dengan santainya terlelap di salah satu bangku penonton. Di bagian tengah pula, bukan di pinggir.

Yang paling menggelikan justru dapat dilihat di adegan puncak. Saat Nayla hendak dibawa oleh nyai.

Dengan pintu pagar makam yang hanya separuh tinggi badannya, Rosmalina sibuk merengek agar pintu pagar tersebut dibukakan. Padahal ia bisa dengan mudah melompatinya.

Minim-minim mencari batu besar di sekitar sebagai pijakan.

Akting Ayu Tingting, seperti dugaan saya di review “Part Arwah”, jauh di bawah standar. Sangat tidak natural dengan suara yang dilembut-lembutkan.

Fokus ke karir menyanyi aja deh, mbak. Sudah bagus kok di jalur itu, gak usah coba-coba yang lain.

Oh ya, alur film ini secara keseluruhan terasa sekali dipanjang-panjangkan. Banyak adegan yang seharusnya bisa dibuang tanpa mengurangi atau mengaburkan cerita.

Simak saja rentetan dialog dari berbagai karakter mengenai perjanjian nyai yang ujung-ujungnya sama sekali tidak ada kejelasan.

Momen Rosmalina bertemu dengan Naroh, kakek, dan abah, walau bertele-tele, tetap saja kita cuma tahu ada perjanjian dengan nyai. Bentuk pengabdiannya seperti apa tidak disebutkan.

Terakhir, untuk sosok hantu antagonisnya. Modalnya hanya make up seram. Sama sekali bukan tipe saya.

Penutup

Secara eksekusi, “Arwah Tumbal Nyai: Part Nyai” memang terlihat berusaha menjadi sebuah film horor. Namun faktanya berbicara lain. Tidak ada ketegangan maupun ketakutan sama sekali di dalamnya.

Yang ada malah pusing menyaksikan akting pemeran utama yang pas-pasan serta naskah skenario yang berantakan.

Yang doyan kejanggalan dalam cerita tidak perlu khawatir. Film ini masih menyematkan beberapa sebagai bahan untuk disindir.

Pun begitu, setidaknya bagian kedua dari trilogi ini digarap dengan lebih serius. Sudah tidak terasa seperti menonton sinetron yang siap dibungkus.

Saya juga masih berharap dalam hati bahwa bagian ketiga sekaligus penutupnya nanti bisa menutupi kekurangan-kekurangan yang ada di dua film pendahulunya. Walau logika sepertinya berat, ya.

1.5/10.

Catatan: review serta rating bersifat subyektif dan berdasarkan preferensi pribadi

rf arwahtumbalnyai 2

Leave a Reply