Pengalaman Paling Ribet di Imigrasi Bandara Juanda | Catper Bangkok Pattaya Day 1 (16 Oktober 2022)

Keribetan di gerbang imigrasi bandara Juanda membuka lembaran traveling saya ke Bangkok dan Pattaya di tahun 2022 ini.

Padahal, saya pikir segala sesuatunya bakal berjalan lancar.

Mengingat dari puluhan perjalanan ke luar negeri yang pernah saya lakukan, bisa dibilang keberangkatan dari Surabaya menuju Singapura (untuk transit semalam) lalu termasuk yang paling tenang secara psikologis.

Bahkan hingga hari H saya sama sekali tidak merasa seperti hendak bepergian keluar dari negara Indonesia. Benar-benar santai.

Tapi sebelum saya ceritakan lebih detil mengenai pengalaman ribet apa yang terjadi, mari kita runut segala sesuatunya dari awal.

Perubahan Jadwal Pesawat Scoot

Sebagai pelancong yang mengandalkan maskapai berbiaya rendah, ada satu kebiasaan wajib yang tidak boleh diabaikan SEBELUM kita memesan tiket pesawat.

Yaitu melakukan riset terlebih dahulu mengenai maskapai yang bersangkutan.

Terutama soal adanya keterlambatan (delay), perubahan jadwal, atau pembatalan sepihak.

Riset ini yang membuat saya memutuskan untuk berpaling dari AirAsia yang beberapa tahun terakhir menjadi andalan.

Dan terbukti, walau sempat mengalami perubahan jadwal yang diinformasikan seminggu menjelang hari H, proses keberangkatan berjalan lancar sesuai waktu yang ditentukan.

Di sisi lain, ada sedikit kekecewaan karena jadwal yang berubah.

Awalnya, pesawat yang saya tumpangi bakal tiba di bandara Changi Singapura pada siang hari dan baru melanjutkan perjalanan ke Bangkok pada esok harinya.

Dengan demikian, saya punya banyak (sekali) waktu untuk jalan-jalan di negara Singa.

Akibat adanya perubahan jadwal, pesawat baru mendarat di Changi pada sekitar pukul 9 malam waktu setempat.

Jelas tidak memungkinkan untuk keluar dari imigrasi.

Ya mungkin sih kalau dipaksakan…

Dicurigai Di Gerbang Imigrasi Bandara Juanda

Pada hari Minggu tanggal 16 Oktober 2022, saya pergi ke bandar udara internasional Juanda dengan menggunakan Gojek.

Salah satu keuntungan menggunakan backpack alias ransel. Tidak ribet dengan bawaan dan bisa menggunakan moda transportasi roda dua yang lebih hemat di kantong.

Tidak ada kendala saat check-in di konter Scoot.

Begitu pula saat melewati pemeriksaan barang bawaan. Sudah hapal luar kepala soal aturan yang ada.

Masalah baru muncul begitu memasuki gerbang imigrasi.

Entah apes atau apa, baru saling bertatapan muka saja si petugas imigrasi sudah terlihat curiga pada saya.

Kentara dari raut wajahnya.

Apalagi memang saya menggunakan buku paspor baru.

Segala tetek bengek dokumen pun diminta. Mulai dari tiket pulang sampai bukti pemesanan hotel selama berada di Thailand.

Itu pun dia masih tampak tidak percaya.

Anehnya, petugas di gerai sebelah woles saja meloloskan beberapa orang yang lewat. Tidak pakai ditanya ba bi bu.

Gerah karena seolah dituduh berniat jahat, akhirnya saya gunakan jurus pamungkas. Menunjukkan buku paspor LAMA yang sengaja saya bawa untuk berjaga-jaga.

Momen ini yang kemudian bikin tambah geregetan.

Begitu tahu saya ternyata sudah pernah ke luar negeri sebelumnya, sikapnya langsung berubah drastis.

Dalam hitungan detik stempel pun diberikan. Tanpa bertanya-tanya lagi.

stempel hasil keribetan di imigrasi bandara juanda

stempel hasil keribetan di imigrasi bandara juanda

Jadi bertanya-tanya. Bagaimana ya nasib orang-orang yang benar hendak bepergian tapi baru pertama kali memiliki paspor?

Apa bakal diloloskan juga? Atau ujung-ujungnya harus gigit jari karena tidak boleh berangkat?

Yang jelas. Sejak memiliki paspor di tahun 2014, ini adalah pengalaman paling ribet yang pernah saya alami di imigrasi bandara Juanda.

Berkali-kali melewatinya, tidak pernah sekali pun saya ditanya.

Tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi. Toh juga sudah lolos dan diperbolehkan untuk melanjutkan penerbangan.

Plonga Plongo di Changi Airport

Terakhir kali saya menginjakkan kaki di Changi Airport adalah pada bulan Februari 2018.

Setelah itu hampir selalu transit Kuala Lumpur International Airport karena acap menggunakan maskapai AirAsia.

Alhasil, saya seperti orang baru begitu kemarin mendarat di bandar udara tersebut.

Saya bahkan baru tahu saat pulang ke Indonesia kalau terminal tempat saya transit adalah terminal 1.

Mengingat tidak lagi berniat untuk melewati imigrasi, tujuan utama saya di sana adalah Prayer Room.

Selanjutnya tinggal berkeliling atau beristirahat di sekitar area tersebut.

Dan setelah bolak balik melangkah ke sana kemari tanpa tujuan, ketemu juga tempat yang dimaksud.

situasi changi airport di malam hari

situasi changi airport di malam hari

Yang ternyata tidak jauh jauh amat dari gate saat landing.

Untung gak nekat untuk naik SkyTrain ke T3. Bisa jauh nyasarnya, hehehe.

Lokasi Prayer Room berdekatan dengan food court yang menyediakan berbagai pilihan makanan halal. Buka 24 jam.

Saya sendiri memilih untuk mencoba makanan yang tidak ada di Surabaya. Yaitu 4Fingers. Juga halal.

Walau harganya tidak ramah bagi kantong orang yang biasa jajan nasi bungkus seperti saya, namun menu ayam di waralaba asal New York ini ternyata benar-benar lezat.

Sama sekali tidak menyesal sudah memesan Drumsticks Rice Box Combo yang bandrolnya saya lupa. Sekitar 9-10 SGD rasanya.

menu ayam di 4fingers

menu ayam di 4fingers

Lumayan untuk melupakan pengalaman buruk beberapa jam sebelumnya di imigrasi bandara Juanda.

Saya juga sempat membeli dua produk minuman di 7-Eleven. Cuma sayang fotonya ternyata hilang.

Salah satunya semacam kopi gandum. Rasanya aneh.

Penutup

Jadwal penerbangan lanjutan ke kota Bangkok adalah sekitar pukul 8 pagi.

Gerbang keberangkatan yang ditetapkan adalah gate C26. Lokasinya paling ujung. Lumayan untuk olahraga pagi.

Tidak ada kendala yang berarti di sini. Seluruhnya berjalan lancar. Pesawat pun on schedule, no delay delay club.

Cerita perjalanan di hari kedua selengkapnya bisa disimak di artikel catatan perjalanan berikutnya.

pengalaman buruk imigrasi bandara juanda

Leave a Reply