Dongeng Motivasi: Ramuan Anti Duri Ilmuwan Danilo

Danillo, kuda nil, adalah karakter yang sengaja saya ciptakan untuk mengakomodasi seri dongeng motivasi “Redemption” yang akan datang. Namun demikian, awalnya ia bukan berprofesi sebagai ilmuwan. Melainkan semacam juragan perahu, hehehe.

Karena kebingungan sendiri mengembangkan ceritanya dengan latar yang sedemikian rupa, akhirnya saya ‘upgrade’ karakternya menjadi seorang ilmuwan. Dan hadirlah dongeng “Ramuan Anti Duri Ilmuwan Danilo” berikut ini.

Perkenalan Karakter

Karakter utama dalam dongeng motivasi kali ini adalah Danillo dan Hori.

Danillo, kuda nil jantan dewasa. Jomblo. Jenius, suka meneliti dan inovatif. Ngefans dengan Batman.

Hori, harimau jantan paruh baya. Gagah perkasa dan bijaksana. Dipercaya menjadi pemimpin di hutan Payapa.

Karakter pendukung dalam cerita kali ini, baik yang ikut terlibat maupun hanya disebutkan namanya, adalah Raisa Badak, Boni Ulat, Surip Burung Hantu, Agnes Angsa, Eli Elang, dan mpok Nur Burung Nuri.

Ramuan Anti Duri Ilmuwan Danilo

Sembari membaca komik Batman edisi terbaru, Danilo melangkahkan kakinya menuju Warung Bonbon milik kak Boni Ulat. Letaknya di pinggir danau Leka. Memang agak jauh dari rumahnya yang berlokasi di dekat Bendungan Hitam. Namun kelezatan pecel lele masakan kak Boni sulit untuk ditandingi.

Bukan hanya Danilo saja yang kepincut. Hampir semua warga hutan menyukai menu tersebut. Selain nikmat, juga pas pedasnya. Anti bikin mules.

Di dekat jembatan, Danilo berpapasan dengan Raisa, badak betina yang diam-diam jadi pujaan hatinya.

“Hei,” sapa Raisa ramah. “Mau kemana?”

“Ke warung Bonbon. Biasa, sarapan,” jawab Danilo berbunga-bunga.

“Ooh, kebetulan aku juga baru dari sana,” balas Raisa sembari tersenyum. Danilo makin berbunga-bunga.

“Loh, kamu suka baca komik?” sambung Raisa, menatap ke arah komik Batman yang tengah dipegang Danilo.

“Iya,” ucap Danilo dengan semangat ’45. “Terutama komik Batman. Aku ngefans banget sama dia. Pengen bisa jadi seperti dia. Udah kaya raya, superhero pula.”

Raisa mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda ia mendengarkan dengan serius.

“Nanti namanya BatHippo, ya?”

“Boleh juga tuh, hehehe,” respon Danilo sambil nyengir.

“Ya udah, aku pulang dulu ya. Dadah, BatHippo,” ujar Raisa sembari melangkah pergi dan melambaikan tangannya.

Danilo membalas lambaian tangan Raisa. Masih sambil nyengir. Pikirannya sudah salfok, melayang kemana-mana. Membayangkan jadi superhero dan menyelamatkan Raisa dari sarang penyamun.


Seperti hari-hari sebelumnya, warung Bonbon dipadati warga hutan. Ada pak Hori Harimau; dokter Surip Burung Hantu dan asistennya, nona Agnes Angsa; Eli Elang, mpok Nur Burung Nuri, dan beberapa binatang lainnya.

Sementara itu, Danilo terlihat sedang leyeh-leyeh sejenak usai menyantap pece lele pesanannya. Pandangannya mengarah ke pulau kecil tak berpenghuni yang ada di tengah Danau Leka.

“Semoga saja nanti aku bisa membuat alat untuk menyeberang danau dan menuju pulau tersebut,” ucap Danilo dalam hati. “Penasaran ada apa sih sebenarnya di sana.”

Danilo memang handal menciptakan barang-barang yang berfaedah. Sekaligus memperbaiki barang-barang yang rusak. Saking jagonya, binatang lain menjulukinya sebagai ilmuwan. Padahal keahlian itu ia pelajari secara otodidak. Ia sama sekali tidak punya  gelar profesor. Tidak juga lulus S3.

Semua itu semata gegara ngefans dengan Batman. Yang tidak hanya pintar menangkap penjahat. Melainkan juga pintar memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Walau belum jadi superhero seperti Batman, Danilo senang setidaknya ia sudah memiliki satu dua keahlian yang serupa.

PRANGGGG!!!!

Tiba-tiba terdengar suara piring yang pecah. Semua mata otomatis menoleh ke arah sumber suara.

Ada pak Hori yang mukanya terlihat pucat dan membiru. Nafasnya berat, seperti ada yang menahan. Tangannya yang besar dan berbulu lebat gemetar. Yang sebelah kanan memegang lehernya sendiri. Yang kiri memegang ujung meja.

“Ya ampun,” teriak kak Boni panik. “Kenapa,  pak Hori?”

Satu demi satu warga hutan yang tengah berada di warung Bonbon berkerumun di sekitar meja pak Hori.

Tanpa berkata apa-apa, masih dengan tangan yang gemetar, pak Hori menunjuk ke arah duri ikan yang ada di mejanya.

Dokter Surip yang kebetulan berada di sana bertindak cepat. Ia meraih gelas air pak Hori dan meminumkannya. Cara itu manjur. Seiring dengan masuknya cairan ke dalam tenggorokan pak Hori, duri ikan yang menyangkut di sana ikut terdorong masuk ke lambung. Tubuhnya pun lambat laun terlihat kembali normal.

“Ku pikir aku bakal mati.”

Itu kata-kata pertama yang terucap dari mulut pak Hori.

“Untung ada dokter Surip yang menolongku,” tambahnya.

Dokter Surip woles. Hanya tersenyum kecil mendengarnya.

“Lain kali hati-hati, ya, kalau makan,” balasnya.

Pak Hori tidak menjawab. Ia menatap ke arah sisa makanan di mejanya dan menghela nafas panjang.

“Sepertinya aku jadi takut makan pecel lele lagi,” ucapnya. “Sekarang memang aku bisa selamat. Bagaimana kalau nanti aku tersangkut duri lagi?”

Beberapa pelanggan warung Bonbon jadi ikut terdiam mendengar ucapan pak Hori. Sebagian mulai menghentikan makannya, mendorong piring pecel lele mereka menjauh.

Kak Boni panik melihatnya. Namun ia juga tidak berani berkata apa-apa. Hanya bisa berjalan ke kiri dan ke kanan di belakang meja kasir sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan menggunakan centong nasi.

Danilo yang sedari tadi membisu tiba-tiba membuka suara.

“Sepertinya aku punya solusi,” ucapnya pede.

Pak Hori, kak Boni, dan warga hutan lain yang ada di warung sontak menoleh ke arah Danilo. Tanpa memberi kesempatan pada mereka untuk merespon, Danilo menghampiri meja Eli dan mpok Nur.

“Bisa tolong ambilkan kotak peralatanku di depan rumah?” pinta Danilo pada Eli. “Warnanya hitam. Ada stiker logo Batman-nya.”

Eli mengangguk. Dalam sekejap ia sudah melesat terbang ke angkasa dan kembali dengan membawa kotak yang dimaksud.

“Makasih, ya”, ucap Danilo.

“Santai, bro,” balas Eli santai.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Danilo menuju mejanya. Ia mengeluarkan beberapa bejana, pipet, dan cairan kimia dari dalam kotaknya. Tak lama ia terlihat sibuk mencampurkan cairan-cairan kimia tersebut dengan menggunakan pipet dan bejana. Beberapa kali Danilo menghentikan aksinya dan sedikit menengadahkan kepalanya. Berpikir dan melakukan kalkulasi virtual.

Tidak mau mengganggu konsentrasi Danilo, warga hutan yang lain hanya menonton dari meja masing-masing. Ada yang melanjutkan makannya. Tidak terpengaruh insiden duri ikan barusan.

10 menit berlalu.

Danilo mendadak berdiri dan terkekeh. Ia kemudian melangkahkan kakinya ke meja pak Hori sembari membawa sebuah bejana yang berisi cairan berwarna hijau daun.

Tanpa meminta persetujuan pak Hori, Danilo menuangkan seluruh isi bejana ke sisa pecel lele pak Hori. Cairan hijau daun tersebut langsung meresap ke dalam ikan. Pak Hori melihatnya sambil memiringkan kepalanya ke kiri. Kebingungan.

“Coba dimakan lagi, pak,” ucap Danilo dengan penuh kepercayaan diri.

“Tapi kan masih ada durinya,” tolak pak Hori.

“Sudah, coba dimakan lagi aja,” lanjut Danilo.

Dengan sedikit ragu pak Hori mengambil potongan lele dengan sendoknya, lantas menyuapkannya ke dalam mulut. Perlahan ia mulai mengunyah.

Dan mengunyah.

Lalu menelan.

“Loh,” ucap pak Hori heran. “Kok gak ada durinya, ya?”

Semua yang ada di sana terkejut mendengarnya. Termasuk kak Boni.

“Iya,” jelas Danilo. “Dengan cairan buatanku ini, semua duri dan tulang ikan akan leleh tanpa berbekas. Cairan ini juga aman untuk dikonsumsi dan pasti tidak menimbulkan efek samping. Bahkan tidak menyebabkan perubahan rasa.”

“Waaaaahhhh.”

Semua warga hutan yang ada di warung Bonbon melongo kagum mendengar penjelasan Danilo. Dimulai dari kak Boni, satu persatu lalu bertepuk tangan dengan kencang.

PROKK! PROKKK! PROKKK! PROKKKK! PROKKKKKK!

Danilo mengangkat kedua tangannya. Memberi tanda agar yang lain menghentikan applausnya.

“Cairan ini nanti akan aku buat dalam jumlah banyak dan bisa digunakan oleh kak Boni. Gratis.”

Bukannya berhenti, tepuk tangan warga hutan jadi makin meriah. Terdengar siulan nona Agnes di sela-sela tepukan.


Malam harinya, pak Hori mengumpulkan seluruh warga hutan Payapa. Di hadapan semua binatang, pak Hori memberikan medali penghargaan warga teladan pada Danilo. Dengan suka cita Danilo menerimanya.

“Hidup Danilo sang pahlawan hutan,” teriak Raisa kencang sambil bertepuk tangan.

“Hiduppppp,” balas warga hutan lainnya.

“Hidup ramuan anti duri Danilo,” imbuh kak Boni, tidak kalah kencangnya.

“Hiduppppppp!!!”

Danilo tersenyum. Ia memutar pandangan ke seluruh warga hutan yang ada di hadapannya. Sebelum akhirnya berhenti di sudut yang mengarah ke sosok Raisa.

“Mungkin ini rasanya jadi Batman,” ucap Danilo dalam hati. Puas.

Pesan Moral

Pesan moral yang bisa diambil dari cerita ini adalah:

Manfaatkanlah kemampuan / kelebihan kita untuk membantu orang lain.

dongeng motivasi

Leave a Reply