Dongeng Motivasi: Ada Apa Dengan Dokter Tombi?

Di cerita sebelumnya, sekelompok pemburu tiba-tiba datang menyerbu padang rumput lembah Rustig. Demi menyelamatkan Rena yang nyawanya terancam, Rufi mengorbankan dirinya dan tewas di tangan pemburu. Bagaimana kondisi penghuni lembah Rustig pasca insiden tersebut? Bagaimana para pemburu bisa sampai tiba di lembah yang tersembunyi tersebut? Simak penutup kisah Petualangan Rufi Rusa dalam dongeng “Ada Apa Dengan Dokter Tombi?” berikut ini.

Perkenalan Karakter

Karakter utama dalam dongeng motivasi kali ini adalah kakek Tore, Rena, Tombi, dan Raja.

Kakek Tore, rusa jantan tua. Kakek Rena sekaligus kakek angkat Rufi.

Rena, rusa betina remaja beranjak dewasa. Cantik menawan dengan bulu berkilau indah. Memiliki kepribadian yang positif.

Tombi, rusa jantan dewasa. Berselisih 1-2 tahun lebih tua dari Rufi dan Rena. Ahli medis.

Raja, rusa jantan dewasa. Pemimpin prajurit rusa. Gagah dan kuat.

Karakter pendukung dalam cerita kali ini, baik yang ikut terlibat maupun hanya disebutkan namanya, adalah bu Ruru.

Ada Apa Dengan Dokter Tombi?

— 1 hari setelah pemakaman Rufi Rusa —

Seluruh rusa yang tinggal di lembah Rustig berkumpul. Kakek Tore, Rena, dan Tombi ada di antara mereka. Semuanya duduk terdiam.

Sebagian tidak bisa menyembunyikan ketakutan mereka. Lembah yang selama ini tidak terjamah oleh manusia tiba-tiba didatangi pemburu. Langsung merenggut nyawa salah serusa dari mereka pula.

Untung saat itu ada beberapa penghuni hutan Payapa yang datang membantu. Jika tidak mungkin lebih banyak lagi korban jiwa.

Sebagai yang dituakan, kakek Tore berusaha tegar. Ia mencoba memecah kesunyian.

“Apa kamu sudah memeriksa gua Atallo?”, tanyanya pada Raja, rusa yang bertugas menjaga keamanan di lembah Rustig.

“Itu anehnya,” jawab Raja. “Gua itu kini tertutup oleh sebuah batu besar. Saya tidak bisa melewatinya. Juga tidak bisa memeriksa mulut gua di sisi barat.”

Kakek Tore terdiam sejenak.

“Siapapun itu yang melakukannya, pasti dia tidak ingin kejadian serupa terulang lagi,” ucapnya.

“Apakah berarti kita sudah aman?” tanya bu Ruru lirih.

“Entahlah,” jawab kakek Tore. “Tapi untuk saat ini sebaiknya kita lebih berhati-hati.”

Ia lantas menoleh pada Raja.

“Perketat patroli di sekitar gua Atallo. 24 jam.”

Raja mengangguk.

Suasana kembali hening.

“Bukankah manusia tidak tahu keberadaan gua Atallo?” tanya Rena sambil terisak. Ia masih belum bisa melepaskan kepergian Rufi begitu saja. Apalagi sahabatnya itu mengorbankan diri untuknya.

“Benar juga,” imbuh bu Ruru. “Kita sengaja pindah dari hutan Mavesatra ke lembah Rustig melalui gua tersebut karena letaknya tersembunyi. Setelah bertahun-tahun, aneh rasanya jika tiba-tiba mereka bisa mengetahuinya.”

Mendengar pertanyaan Rena dan pernyataan bu Ruru, Tombi menundukkan kepalanya.

Kakek Tore menghela napasnya. Panjang.

“Itu juga yang masih menjadi pertanyaan. Tidak mungkin kan ada salah satu di antara kita yang membocorkan letaknya?”

Kepala Tombi makin menunduk. Hampir menyentuh tanah.

“Rasanya tidak,” respon Raja. “Menurut laporan penjaga, tidak banyak warga kita yang keluar masuk gua tersebut. Hanya jika ada keperluan penting saja. Seperti dokter Tombi yang mencari bahan obat misalnya. Ya kan, dok?”

“Ah.. eh.. anu.. iy.. iy… iya,” jawab Tombi gugup.

Tombi kembali menundukkan kepalanya. Jantungnya terasa berdebar kencang tidak beraturan. Kalau sedang tidak dalam kondisi seperti sekarang, ia pasti sudah mendiagnosis dirinya sendiri terkena penyakit Aritmia.

“Yah, sudahlah,” ujar kakek Tore sembari berdiri. “Untuk saat ini biar Raja dan anak buahnya memperketat penjagaan di sekitar gua Atallo. Kita kembali melanjutkan hidup seperti biasa. Semoga saja kejadian kemarin adalah yang pertama sekaligus yang terakhir kalinya.”

Air mata Rena menggenang mendengarnya.

Satu demi satu kawanan rusa ikut berdiri. Bersiap untuk kembali ke rumah masing-masing.

Tombi perlahan mengangkat kepalanya. Dengan nada bergetar ia berkata, “Teman-teman… ada yang ingin aku bicarakan.”

Serentak semua rusa menoleh ke arah Tombi.

Penutup

Seperti sudah disebutkan di awal, dongeng kali ini adalah penutup atau epilog dari seri kisah Petualangan Rufi Rusa. Ceritanya memang belum sepenuhnya tuntas, dengan beberapa pertanyaan masih belum terjawab.

Tapi tenang saja, seri kelanjutannya tengah dipersiapkan kok. Judulnya “Redemption“. Rencananya hadir di tahun 2022 mendatang. Prolognya sudah saya jadwalkan terpublikasi di akhir tahun. Sabar sabar aja, ya, hehehe.

petualangan rufirusa

Leave a Reply