Sinopsis The K2 Episode 14 & Preview Episode 15 (5 November 2016)

Di sinopsis The K2 episode sebelumnya, Kim Je-Ha (Ji Chang-Wook) akhirnya menemukan titik terang keberadaan Park Gwan-Soo (Kim Kap-Soo) di Iraq beberapa tahun lalu. Ia dan beberapa orang berkuasa lainnya, termasuk presiden Korea Selatan saat ini, terkait dalam insiden Kumar-Gate yang berhubungan dengan minyak. Dari hasil penyelidikannya dengan menggunakan Mirror, Je-Ha mendapatkan pemain kunci dalam Kumar-Gate, Kim Suk-Han, anak dari presiden sendiri. Ia pun berusaha memancing Suk-Han untuk mengeluarkan bukti-bukti rahasia mengenai Kumar-Gate. Apa yang selanjutnya bakal terjadi di sinopsis drama korea The K2 episode 14 kali ini?

Sinopsis Episode 14

Tanpa menunggu jawaban Je-Ha, Suk-Han segera berlari melewatinya, berusaha untuk kabur. Je-Ha segera melepaskan diri dari dua orang bodyguard Suk-Han yang memeganginya, lantas berlari menyusul Suk-Han. Sayangnya usahanya tidak mudah karena bodyguard Suk-Han lain juga berusaha untuk mencegahnya.

Sementara Je-Ha masih sibuk mengadapi para penghalangnya, Suk-Han sudah sampai di mobilnya, berniat untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Dua orang anak buah Park Gwan-Soo yang berpakaian preman tiba-tiba menghampirinya dan mengaku sebagai keamanan Blue House. Mereka meminta Suk-Han untuk keluar dari mobil agar bisa mereka antarkan. Suk-Han menolak. Salah satunya kemudian menodongkan pistol pada Suk-Han. Ia pun terpaksa menuruti mereka.

Dengan menggunakan akalnya, Suk-Han sempat berhasil meloloskan diri dari mereka. Tak lama Je-Ha, yang sedang dikejar-kejar bodyguardnya, tiba pula di parkiran mobil. Suk-Han menggunakan kesempatan itu untuk berlari memutar dan kembali lagi ke mobilnya, berharap dua orang preman yang tadi menghadangnya sudah jauh ketinggalan di belakang. Harapannya salah. Dua orang tadi juga sudah tiba di mobil Suk-Han dan kembali menodongkan pistol kepadanya.

Suk-Han melangkah mundur hingga ke pinggir pagar pembatas. Tiba-tiba ia terpeleset dan terjatuh ke belakang. Je-Ha yang melihatnya segera berlari dan menangkapnya. Keduanya kini bergelantungan di pagar pembatas. Dengan sekuat tenaga, Je-Ha melemparkan Suk-Han kembali ke dalam. Dengan lega ia melihat flashdisk Suk-Han yang kini berada di genggamannya.

Anak buah Gwan-Soo yang melihatnya berniat membantu Je-Ha naik kembali, asalkan ia mau memberikan flashdisknya. Je-Ha menolak. Melihat ada sebuah truk bermuatan yang melintas di bawah, ia segera melompat turun dan menggunakan muatan truk tersebut sebagai alas untuk mendarat.

Anak buah Gwan-Soo tidak tinggal diam. Salah satunya segera menggunakan pistolnya untuk menembak Je-Ha. Dan tembakannya tepat mengenai perut Je-Ha. Dengan sisa tenaganya, Je-Ha diam-diam menyembunyikan flashdisk yang ia bawa ke tanah di dekat tempat ia tertembak. Untungnya sesaat kemudian ketua Joo (Jeon Bae-Su) datang dan membawa Je-Ha pergi dari sana.

Mobil JSS yang membawa Je-Ha segera melaju menuju markas JSS. Ketua Joo terus berusaha untuk menyadarkan Je-Ha sembari menekan lubang peluru di perut Je-Ha (agar tidak kehabisan darah), sementara di belakang mereka dua mobil polisi mulai mengejar. Untunglah dengan bantuan ketua tim Seo (Lee Soon-Won) yang menyusul di belakang mereka sedari tadi, mobil ketua Joo dan Je-Ha berhasil lolos dari polisi.

Berita tertembaknya Je-Ha sampai ke telinga Choi Yoo Jin (Song Yoon-A) dan Ko Anna (Yoona). Keduanya syok mendengarnya.

Kepala polisi mendapat laporan mengenai kejadian di rumah sakit. Ia kaget mendengar tidak hanya hal itu melibatkan anak presiden, melainkan juga JSS.

Jang Mi-Ran (Lee Yea-Eun) dan Lee Sung-Kyoo (Lee Jae-Woo) masih berusaha mencari perkembangan berita mengenai Je-Ha tapi belum mendapat kabar lebih lanjut. Sementara itu, di kamarnya, Anna berdoa supaya Je-Ha kembali dengan selamat.

Mi-Ran tiba-tiba memanggilnya turun. Rupanya ada tayangan berita di televisi mengenai kejadian di rumah sakit. Dan yang mengagetkan, yang menjadi tersangka utama adalah JSS.

Di kantornya, Gwan Soo yang menyimak berita tersebut tersenyum senang.

“Bagus. Aku akan menggunakan kesempatan ini dan menyerang markas JSS dengan membuat mereka dituduh atas kejahatan,” ujarnya.

Ia segera mengambil telponnya dan menghubungi kepala polisi, memintanya untuk pergi ke markas JSS dan mencari keberadaan Cloud Nine di sana. Ternyata saat itu ia tidak sendiri. Ada ayah mertua Choi Sung-Won di hadapannya, ikut tersenyum girang.

“Aku akan mengirimkan beberapa orang terlatih, jadi pergilah ke sana sendiri,” instruksi Gwan Soo pada kepala polisi, “dan ambillah semua informasi rahasia yang dimiliki Choi Yoo Jin, serta hapus semua data di server utama.”

Je-Ha tiba di markas JSS. Yoo-Jin yang dikabari oleh ketua Joo meminta Je-Ha untuk dibawa ke Cloud Nine, karena polisi pasti akan datang dan memeriksa klinik. Bersama dengan dokter kepala JSS (So Hee-Jung), ketua Joo membawa Je-Ha ke sana. Setibanya di Cloud Nine, Yoo-Jin yang melihat kondisi Je-Ha segera meminta ketua Joo untuk menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk mengoperasi Je-Ha dan menyelamatkannya.

“Kepala medis?” ujar Yoo-Jin.

“Ya, Madam?” respon dokter.

“Kamu adalah anggota Cloud Nine mulai dari sekarang.” lanjut Yoo-Jin. “Nasib perusahaan kita sekarang ada di tanganmu. Kamu tidak boleh membiarkannya mati.”

Meski sempat kaget, dokter berjanji akan berusaha sebaik mungkin.

Kepala polisi dan anak buahnya tiba di markas JSS. Direktur JSS Kook Chae-Wan (Ko In-Beom) menyambutnya.

“Ini akhir dari JSS sekarang,” balas kepala polisi tanpa basa-basi.

“Apa yang kamu maksud dengan itu?” tanya direktur JSS.

“Kalian telah melanggar batas yang seharusnya tidak pernah kalian langgar,” jawab kepala polisi.

Direktur JSS hendak berdalih, tapi salah seorang detektif polisi mengeluarkan Surat Penggeladahan sehingga direktur JSS tidak lagi bisa membantahnya.

Pengeledahan pun dimulai.

Di Cloud Nine, operasi terhadap Je-Ha sedang berlangsung. Dokter dan ketua Joo yang melakukan operasi tersebut. Yoo-Jin menunggu dengan harap-harap cemas. Tak lama peluru yang ada di tubuh Je-Ha berhasil dikeluarkan. Namun kondisinya tiba-tiba kritis karena denyut jantungnya hilang. Dokter dan ketua Joo segera berupaya untuk mengembalikan kondisi Je-Ha sementara Yoo-Jin semakin panik melihatnya.

“Tidak. Tidak. Tidak, Je-Ha. Jangan mati,” gumam Yoo-Jin.

Detak jantung Je-Ha mendadak muncul kembali. Ketua Joo segera mengambil defibrillator untuk menguatkan detak jantung Je-Ha.

Pada saat dalam kondisi hidup mati itu, Je-Ha bermimpi sedang asyik berkencan dengan Anna di sebuah taman. Mimpinya kemudian beralih, saat hendak berangkat ke Spanyol bersama Anna, namun batal karena ia tertembak dan tak sadarkan diri.

Mi-Ran memberitahu Anna yang sedang gelisah di tempat tidur bahwa Je-Ha sekarang berada di markas JSS. Mendengarnya, Anna segera bangun dari tempat tidurnya.

Kepala polisi dan empat orang anak buahnya memasuki lift dan meminta direktur JSS untuk mengikutinya. Ia meminta direktur JSS untuk membawa mereka ke lantai 9. Dengan enggan direktur JSS melakukannya. Yang ada di sana ternyata adalah data center JSS. Kepala polisi segera meminta anak buahnya untuk mengecek data yang ada di sana. Dari Cloud Nine, Yoo-Jin memperhatikan tindakan mereka dengan geram.

Seorang anak buah kepala polisi tiba-tiba berteriak memberitahunya bahwa yang ada di sana adalah server utama. Kepala polisi menanggapinya dengan senyum lebar.

“Mirror, data-data penting akan tetap selamat, bukan?” tanya Yoo-Jin pada Mirror.

“Ya. Server itu hanyalah server karyawan biasa JSS,” jawab Mirror.

Kembali ke lantai 9, kepala polisi dengan girang mengabarkan pada Gwan Soo bahwa mereka telah berhasil. Gwan Soo tertawa senang mendengarnya.

“Choi Yoo Jin bukan lagi ancaman sekarang seperti kucing yang kehilangan giginya,” ujar Gwan-Soo sembari tertawa.

Kelompok Kumar-Gate menanggapi berita diambilalihnya data Cloud Nine dengan lega. Setelah memastikan bahwa Gwan Soo tidak akan mendapatkan data tersebut, mereka memberi selamat pada ayah mertua Sung-Won karena telah menjadi pemilik JB Group. Choi Sung-Won (Lee Jung-Jin) yang ada di sebelahnya melirik dengan tatapan tidak senang. Salah satu dari mereka kemudian mengingatkan bahwa flashdisk milik Suk-Han masih mungkin ada di tangan Yoo-Jin sehingga belum saatnya mereka merayakan.

Suk-Han sendiri saat itu baru sadarkan diri pasca diselamatkan oleh Je-Ha. Bodyguardnya yang berjaga di sebelahnya memberitahu bahwa orang yang melakukan itu kepadanya sedang dalam pelarian dan dia adalah orang JSS. Mengingat flashdisk miliknya ada di tangan Je-Ha, Suk-Han meminta agar anak buahnya tidak melakukan pengejaran terhadap Je-Ha, berdalih bahwa Je-Ha sudah menyelamatkan nyawanya.

Di lantai 9 markas JSS, seorang anak buah kepala polisi baru menyadari bahwa data yang ada di server adalah data-data biasa. Kepala polisi tidak mempercayainya dan memintanya untuk melakukan pengecekan ulang. Direktur JSS diam-diam tersenyum lega mendengarnya. Tak lama ponsel kepala polisi berbunyi dan ia mendapatkan perintah dari Blue House untuk meninggalkan tempat tersebut. Dengan kesal ia pun melakukannya.

“Kamu beruntung, senior,” sindir kepala polisi sesaat sebelum ia dan anak buahnya meninggalkan markas JSS.

“Menjadi beruntung adalah keahlian tersendiri,” ujar direktur JSS sembari tertawa. “Lihat, aku bilang aku adalah musuh yang hebat.”

“Memang,” respon kepala polisi sambil berlalu.

Begitu keluar dari markas JSS, kepala polisi segera memberitahu Gwan Soo bahwa ia mendapat perintah dari Blue House untuk mundur. Gwan Soo yang mendengarnya segera menyadari bahwa flashdisk Suk-Han sudah hilang.

Yoo-Jin yang dikabarkan oleh direktur JSS mengenai hal itu langsung menyadari bahwa Je-Ha berhasil mendapatkan data milik Suk-Han. Dengan semua pihak mengira data tersebut berada di tangannya, maka untuk saat ini ia yakin tidak akan ada yang berani menyentuh mereka. Ia lalu meminta ketua Joo untuk mencari keberadaan flashdisk yang dibawa Je-Ha dan berpesan agar semuanya memasang wajah lega seolah mereka benar-benar sudah memiliki data tersebut di hadapan orang lain, khususnya musuh-musuh mereka.

Sung-Won mendatangi Suk-Han dan menanyakan apakah ‘barang itu’ sudah diambil darinya. Awalnya Suk-Han tidak mau mengakui, tapi begitu Sung-Won menyebut nama Je-Ha raut mukanya langsung berubah sehingga Sung-Won menyadari bahwa Je-Ha memang benar sudah mendapatkan ‘barang itu’.

Jang Se-Joon (Cho Seong-Ha) menanyakan pada bodyguardnya apakah Yoo-Jin benar sudah mendapatkan data Suk-Han, namun bodyguardnya tidak mengetahui. Ia lalu menghubungi ketua Joo, yang saat itu sedang mencari keberadaan flashdisk yang dicuri Je-Ha di dekat tempat ia tertembak, dan memintanya untuk menemuinya di mobil.

“Apa kamu sedang mencari sesuatu yang mungkin saja dijatuhkan Je-Ha?” tanya Se-Joon pada ketua Joo tanpa basa-basi sesaat setelah ia masuk ke dalam mobil.

Ketua Joo kaget Se-Joon bisa tahu akan hal itu.

“Je-Ha bermaksud untuk memberikannya kepadaku,” beber Se-Joon, “Jadi aku bisa menjatuhkan Park Gwan Soo dan melepaskan diri dari cengkraman Choi Yoo Jin. Sepertinya kamu mendapatkan masa sulit untuk mempercayaiku, tapi apapun itu, ini yang sebenarnya. Lagipula, bagaimana lagi aku bisa mengetahuinya?”

Se-Joon lantas meminta ketua Joo untuk menyerahkan flashdisk itu kepadanya apabila ia menemukannya.

“Aku ingin, tapi…”

“Aku tahu kamu lebih condong di pihak Choi Yoo Jin daripadaku, tapi jika itu jatuh ke tangan Choi Yoo Jin, aku tidak akan bisa menjadi presiden yang layak,” jelas Se-Joon. “Aku akan jadi separuh.. tidak, sepenuhnya, presiden boneka. Dan akan seperti itu hingga akhir jabatanku. Dan kemudian, seluruh sistem politik tidak akan ada bedanya dengan pasar.”

“Harap perhatikan kata-katamu, tuan,” respon ketua Joo, “Aku bahkan belum yakin bahwa aku bisa menemukannya.”

Master Song Young-Choon (Song Kyung-Cheol) kepo melihat dokter kepala yang sibuk mengemasi obat-obatan ke dalam tasnya. Dokter mengatakan bahwa Je-Ha hampir mati dan ia meminta master Song untuk keluar. Tak lama ponselnya berbunyi dan Yoo-Jin yang menelpon memintanya untuk segera kembali ke Cloud Nine. Master Song yang tahu bahwa Je-Ha kini ada di sana jadi makin penasaran.

Tak lama kemudian Anna bersama Mi-Ran tiba di markas JSS. Mereka menuju klinik dan hanya mendapati master Song di sana. Master Song kemudian memberitahu mereka bahwa Je-Ha ada di Cloud Nine.

“Kamu tidak bisa pergi ke sana, nona,” potong Mi-Ran, “tidak semua orang bisa pergi ke sana.”

Mendengarnya, Anna tiba-tiba berlari meninggalkan mereka, menuju lift. Mi-Ran menyusulnya. Anna mencoba menekan tombol lantai 9, yang tentu saja tidak merespon.

“Aku sudah bilang kita tidak bisa pergi ke sana,” ujar Mi-Ran.

Anna pantang menyerah dan kali ini ia mencoba menggunakan tangga darurat untuk menuju ke lantai 9. Mi-Ran sudah mengingatkan bahwa itu tidak ada gunanya, tapi Anna tetap melakukannya. Setibanya di lantai 9, pintu tangga darurat terkunci rapat.

Yoo-Jin yang mengetahui hal itu segera meminta Kim Dong-Mi (Shin Dong-Mi) untuk mengusir mereka. Dong-Mi pun memberitahu bodyguard yang ada di bawah untuk melakukan hal itu.

Tak lama kemudian seorang bodyguard berusaha membawa Anna untuk keluar, sedang Mi-Ran mencoba membujuk Anna untuk kembali lagi nanti. Tiba-tiba Yoo-Jin lewat di hadapan mereka dan mengatakan bahwa tidak ada gunanya kembali lagi ‘nanti’ bagi mereka.

Anna segera menghampiri Yoo-Jin dan memohon, “Ahjumma, biarkan aku menemui Je-Ha.”

“Ahjumma? Bukan itu cara untuk memanggilku. Katakan ‘Ibu’. ‘Ibu’.” respon Yoo-Jin. “Bukankah ibu tiri masih ‘ibu’?”

“Biarkan aku menemui Je-Ha sekali saja. Aku mohon kepadamu.”

“Tidak. Pergilah.”, balas Yoo-Jin seraya melangkah meninggalkan Anna.

“Ibu,” ujar Anna sambil menangis.

Yoo-Jin menghentikan langkahnya dan berbalik ke arah Anna. Matanya berkaca-kaca.

“Ibu,” ujar Anna sekali lagi, lantas berlutut di hadapan Yoo-Jin. “Aku mohon kepadamu, biarkan aku melihat Je-Ha, ibu”

Yoo-Jin menjadi canggung karena perbuatan Anna dilihat oleh semua orang yang ada di sana. Ia bertanya, “Apa yang kamu lakukan anakku?”

Yoo-Jin kemudian menghampiri Anna dan mengajaknya berdiri. Ia membelai rambut Anna dan memeluknya.

Ya. Aku harus mempertimbangkan apa yang akan terjadi setelah Je-Ha siuman juga.

Yoo-Jin dan Dong-Mi mengantar Anna menemui Je-Ha di Cloud Nine. Setibanya di sana, Dong-Mi beserta dokter yang sedang menjaga Je-Ha pergi meninggalkan mereka bertiga. Yoo-Jin kemudian memberitahu Anna bahwa kondisi Je-Ha masih kritis dan bekas operasinya belum kering sehingga Anna harap berhati-hati. Anna mengiyakan, lalu melangkah mendekati Je-Ha.

“Tapi kamu tahu, Anna, kamu tidak benar-benar berpikir akan pergi? Tidakkah itu akan sulit bagi Je-Ha untuk melindungimu dalam kondisi seperti sekarang?” tanya Yoo-Jin tiba-tiba.

“Setelah Je-Ha menjadi baikan, aku akan pergi,” jawab Anna.

“Tapi apakah kamu benar-benar akan pergi setelah ia baikan? Je-Ha bahkan tidak bisa pergi ke rumah sakit dengan kondisinya sekarang. Karena jika ia melakukannya, ia akan segera ditangkap atas percobaan pembunuhan terhadap anak presiden. Aku melindungi Je-Ha dan meletakkan segalanya yang aku punya untuk itu. Anna, ini waktunya bagimu untuk melindunginya juga sekarang. Identitasnya akan terbongkar. Dan selama kamu berada di sini, Je-Ha tidak akan pernah bisa meninggalkanmu. Dan suatu saat nanti ia akan tertangkap. Aku akan menyelamatkannya, jadi kamu pergilah. Itu yang terbaik yang bisa kamu lakukan untuk Je-Ha. Pergi dan lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Dan, jika takdir memungkinkan, suatu hari nanti kamu bisa menemuinya. Juga, pikirkan tentang penjaga rumah, Mi-Ran, dan Sung-Kyu. Kamu ingin mereka hidup, bukan?”

Air mata menetes di pipi Anna.

“Ya, aku akan pergi,” respon Anna. “Tapi sebagai gantinya kamu harus menolong Je-Ha bertahan hidup bagaimanapun caranya.”

Anna melanjutkan langkahnya menghampiri Je-Ha. Semakin dekat tangisnya semakin menjadi.

“Kenapa kamu terluka sedemikian parah?” ujar Anna.

Ia lalu berlutut di samping Je-Ha dan membelai wajah Je-Ha.

“Apa yang akan kita lakukan sekarang, Je-Ha? Apa yang akan kita lakukan?” tanyanya.

“Kamu tidak boleh mati, Je-Ha. Kamu harus hidup,” ujar Anna, yang kemudian mencium Je-Ha.

Perasaan Yoo-Jin campur aduk melihatnya.

“Je-Ha, aku mencintaimu,” gumam Anna lirih.

Se-Joon menanyakan pada Yoo-Jin kemana ia akan mengirim Anna pergi. Yoo-Jin menjawab bahwa ia akan mengirimnya ke Lafelt. Seiring dengan hancurnya nama Ume Hye Rin, maka popularitas Anna di Korea pun ikut memudar.

“Anak itu tidak akan ingin kembali ke Korea,” ujar Yoo-Jin yakin.

“Aku akan memperlakukannya dengan baik dan aku akan membuatnya bahagia,” lanjut Yoo-Jin, “Jadi ia tidak akan ingat lagi dengan ibunya. Kamu tahu, ia bahkan memanggilku ‘Ibu’. Itu pertama kalinya aku pernah dipanggil seperti itu. ‘Ibu’.”

“Yah, itu melegakan,” respon Se-Joon, “Rencana kita mungkin berbeda, tapi kita berdua menginginkan akhir yang bahagia.”

Sung-Won memberitahu yang lainnya bahwa Suk-Han sudah pasti kehilangan flashdisk itu. Yang lain menjadi bimbang karena jika benar flashdisk itu ada di tangan Choi Yoo Jin, maka mereka harus mengatur ulang loyalitas mereka. Tiba-tiba ponsel mereka berbunyi. Ada sebuah pesan masuk dari Choi Yoo Jin.

Aku percaya semua orang baik-baik saja?

Sementara yang lain meyakini bahwa sudah saatnya untuk mengundang Choi Yoo Jin ke dalam kelompok mereka, Sung-Won dan ayah mertuanya terdiam penuh rasa khawatir.

Selamat telah menjadi anggota baru kami.

Begitu isi pesan balasan yang diterima oleh Yoo-Jin. Ia tertawa senang begitu selesai membacanya.

Direktur JSS sedang berjalan di parkiran mobil, saat mobil Sung-Won tiba-tiba menghampirinya dan mengajaknya untuk ikut bersamanya.

Mi-Ran dan ibunya mengepak barang-barang milik Anna. Anna khawatir mereka berdua juga akan segera disingkirkan. Anna kemudian masuk dan memberitahu mereka bahwa hal itu tidak akan terjadi.

“Mereka sudah berjanji bahwa mereka tidak akan melakukannya,” ujar Anna sembari tersenyum. “Mereka bilang mereka akan meninggalkan kalian berdua sendiri. Jadi jangan terlalu khawatir.”

Mata Mi-Ran dan ibunya berkaca-kaca mendengarnya. Anna sendiri mengingat kembali saat terakhir ia bertemu Je-Ha dan akhirnya memutuskan untuk pergi. Air matanya meleleh di pipinya.

Sung-Won menemui Gwan Soo di kantornya.

“Well, aku yakin kita sekarang berada di kapal yang sama. Perusahaanmu juga sedang diambil darimu,” sambut Gwan-Soo.

“Ya, itu benar,” respon Sung-Won, “Tapi itu semua belum benar-benar berakhir. Kamu mau bekerja sama denganku? Aku yakin peluang kita untuk bertahan akan meningkat. Kamu mendapat banyak kesenangan di Iraq kan semua berkatku, dan sekarang kamu menderita karena bergabung dengan ayah mertuaku. Aku akan mengambil Cloud Nine untuk diriku sendiri dan kamu bisa mengambil flashdisk Suk Han. Tidakkah itu kedengarannya bagus?”

“Bicara lagi nanti kepadaku setelah kamu mendapatkan segalanya dari lantai 9,” balas Gwan Soo.

Sung-Won tertawa mendengarnya. Ia lalu berkata, “Tapi kenapa semua orang berpikir bahwa Cloud Nine ada di lantai 9?”

“Bagaimana? Kamu menemukannya?” tanya direktur JSS pada ketua Joo.

“Belum,” jawab ketua Joo, “Akan lebih enak jika Je-Ha siuman dan memberitahu kita dimana barang itu berada.”.

“Tapi masalahnya kita tidak bisa menemukannya sekarang. Jadi apabila waktu terus berlalu, pada suatu saat nanti mereka akan tahu bahwa kita hanya menggertak.”

“Je-Ha hanya harus bangun sebelum itu kalau begitu,” respon ketua Joo.

Direktur JSS terdiam. Wajahnya terlihat memikirkan sesuatu.

Je-Ha akhirnya sadarkan diri. Dokter segera memberitahukan hal tersebut kepada Yoo-Jin. Je-Ha hendak bangun tapi segera dicegah oleh dokter. Dokter juga memberitahunya bahwa Anna kemarin datang ke markas JSS dan memohon pada Yoo-Jin agar diperbolehkan menemui Je-Ha.

Je-Ha lantas meminta Mirror untuk menunjukkan rekaman saat Anna datang menemuinya. Tanpa sadar air matanya menetes. Saat itulah Yoo-Jin, yang bergegas hendak menemui Je-Ha dengan perasaan bahagia, melihat Je-Ha yang sedang menyaksikan rekaman Anna. Langkahnya langsung terhenti.

“Jadi, jika kita melancarkan serangan mendadak sekarang, kita bisa mendapatkan Cloud Nine dan Choi Yoo Jin?” tanya Gwan-Soo pada Sung-Won.

Sung-Won mengangguk sembari tersenyum.

“Tapi tunggu dulu. Jika sesuatu berjalan tidak sesuai rencana, kita akan membuat kondisi kita sendiri semakin parah,” Gwan-Soo meragu.

“Itu sebabnya timing adalah hal yang terpenting,” ujar Sung-Won. “Bahkan jika Je-Ha siuman, ia tidak mungkin bertahan lama karena ia terluka parah.”

“Dapatkah kamu benar-benar mempercayai orang yang akan membiarkan kita masuk?” tanya Gwan-Soo lagi.

“Jangan khawatir. Pastikan saja kamu menyiapkan dirimu sendiri,” jawab Sung-won santai.

“Oke kalau begitu,” balas Gwan-Soo sembari memberikan jempolnya.

Yoo-Jin menemui Je-Ha bersama dengan Dong-Mi, direktur JSS, dan juga ketua Joo. Tanpa basa-basi ia menanyakan dimana Je-Ha menyimpan flashdisk yang ia ambil dari Suk-Han. Je-Ha tidak menjawab.

“Hei, kita tidak punya banyak waktu sekarang ini,” sergah direktur JSS.

“Aku tidak mencurinya untuk memberikannya kepadamu,” ucap Je-Ha pada Yoo-Jin.

Yoo-Jin kaget mendengarnya.

“Apa yang kamu maksudkan?” tanya direktur JSS. “Apa kamu bahkan tahu bahaya yang kita hadappi untuk membuatmu tetap hidup dan menyembunyikan…”

“Sudah cukup,” potong Yoo-Jin. “Oke kalau begitu, kenapa kamu bersusah payah mencurinya?”

“Untuk menghancurkan Park Gwan Soo,” jawab Je-Ha tegas.

“Tepat sekali! Itu sebabnya kita ingin agar kamu memberikannya!” sambar direktur JSS.

“Tidak. Karena kamu tidak akan bisa menghancurkan Park Gwan Soo dengan itu.”, respon Je-Ha.

“Kenapa?” tanya Yoo-Jin heran.

“Karena jika itu keluar, JB Group juga akan runtuh,” jawab Je-Ha. “Orang yang paling dalam terlibat dalam semua ini adalah chairman Choi. Jadi kamu tidak akan bisa membeberkan isinya pada dunia jika kamu tidak punya niat untuk menghancurkan JB Group.”

“Baiklah kalau begitu. Itu akan jadi tindakan keamanan terbaik setidaknya.”, ujar yoo-Jin.

“Tidak, aku tidak mencurinya untuk melindungimu. Itu akan menjadi versi baru dari email yang aku punya untuk melawanmu sebelumnya, untuk melindungiku diriku dan Anna darimu” jawab Je-Ha.

Ketua Joo, Dong-Mi, dan direktur JSS saling berpandangan mendengar hal itu.

Direktur JSS memberitahu ketua Joo bahwa menurutnya Yoo-Jin sudah terlalu terikat dengan Je-Ha sehingga tidak bisa lagi mengambil keputusan dengan tegas. Ia pun menjadi khawatir dengan nasib mereka sendiri apabila yang lain mulai sadar bahwa mereka hanya sekedar menggertak.

“Baiklah. Kamu berencana untuk tetap di sini kalau begitu, ketua Joo?” tanya direktur JSS. “Ayolah. Sudah jelas bahwa mimpimu adalah menjadi kepala keamanan yang keren, melayanani presiden dan keluarganya di Blue House. Itu tidak lebih dari angan-angan sekarang.”

Ketua Joo lantas meminta direktur JSS untuk tenang. Direktur JSS mengiyakan. Setelah terlihat berpikir sejenak, ia mengingatkan bahwa sudah waktunya bagi ketua Joo untuk bertugas mengawal anggota parlemen Jang. Ketua Joo kemudian pergi meninggalkannya.

“Kalau begitu, kamu melakukan itu untuk menjatuhkanku?” tanya Yoo-Jin.

Je-Ha terdiam.

“Benar kalau begitu. Tapi kenapa? Kamu temanku, bukan?” tanya Yoo-Jin dengan mata berkaca-kaca.

“Pernahkah kamu menangis karena kasihan sebelumnya?” tanya Je-Ha balik.

“Seluruh hidupku adalah air mata,” jawab Yoo-Jin.

“Tidak. Maksudku bukan kasihan pada diri sendiri, tapi kasihan pada orang lain. Aku yakin kamu belum pernah, karena kalian terlalu sensitif pada luka kalian sendiri dimana luka orang lain sama sekali tidak berarti bagi kalian. Tapi kamu tahu, orang lain juga terluka, sama sepertimu. Wanita cleaning service dan pasangan tua dari perkebunan juga. Dan penjaga rumah, Mi-Ran, dan Sung Kyu juga. Dan Raniya juga. Dan orang-orang itu ingin bahagia, sama sepertimu.”

“Ya tentu saja, semua orang ingin bahagia,” respon Yoo-Jin, “Sesuai dengan tempat mereka di dunia.”

“Sama seperti kamu membunuh Ume Hye Rin untuk menjaga tempatmu di dunia, kamu bisa membunuh banyak orang dengan mudah juga. Itu sebabnya aku tidak bisa menjadi temanmu. Oh, juga, bukan teman yang kamu butuhkan sekarang. Kamu butuh orang seperti sekretaris Kim yang memujamu. Atau orang yang bisa kamu puja. Itu yang sungguh kamu butuhkan. Sama seperti bagaimana kamu memuja Jang Se Joon saat kamu masih muda. Tapi, maafkan aku, tidak ada dari pilihan itu yang cocok untukku.”

61

Ponsel direktur JSS berbunyi. Yang menelpon adalah Sung-Won, menanyakan apakah ia sudah mengambil keputusan.

“Aku akan menunggu kedatanganmu,” jawab direktur JSS.

Sung-Won tersenyum senang. Saat itu ia sedang berada di dalam mobil bersama dengan beberapa orang bodyguardnya yang sedang mempersiapkan senjata mereka masing-masing.

Direktur JSS lantas menuju ruang kontrol JSS. Dengan sengaja ia menjatuhkan minuman dan berkas-berkas di sana, kemudian meminta dua orang yang sedang bertugas untuk membersihkannya, sementara ia menggantikan mengawasi monitor. Saat itulah Sung-Won dan pasukannya datang menerobos masuk ke markas JSS.

Pimpinan pasukan Sung-Won segera memerintahkan anak buahnya untuk masuk dan mengamankan markas JSS. Tak lama kemudian Sung-Won masuk dengan santai, diikuti oleh beberapa anak buahnya yang membawa sebuah kotak besar. Dengan tertawa-tawa ia melewati mereka semua dan melangkah menuju lift.

62

“Aku tidak ingin kamu memujaku. Aku hanya ingin…” ujar Yoo-Jin.

“Kamu hanya ingin memanjakanku. Dan membuatku menjadi salah satu budakmu,” potong Je-Ha.

Yoo-Jin tidak bisa membantahnya.

Direktur JSS menunggu dengan gelisah di depan lift. Ia langsung memberi hormat pada Sung-Won begitu melihat kehadirannya. Direktur JSS lantas mempersilahkan mereka semua masuk ke dalam lift lalu membawa mereka turun menuju Cloud Nine.

Yoo-Jin dan Je-Ha yang ada di sana mendadak menoleh terkejut, seperti mengetahui ada sesuai yang tiba-tiba datang.

[wp_ad_camp_1]

Preview Episode 15

Berikut ini video preview episode 15 dari drakor The K2:

— coming soon —

» Sinopsis The K2 eps 15 selengkapnya

sinopsis thek2 14

Leave a Reply