Sinopsis The K2 Episode 13 & Preview Episode 14 (4 November 2016)

Di sinopsis The K2 episode sebelumnya, Choi Sung-Won (Lee Jung-Jin) makin gencar menyerang Choi Yoo-Jin (Song Yoon-A). Kali ini ia menyebarkan sebuah artikel tentang hubungan Ko Anna (Im Yoona) dengan Yoo-Jin yang membuat publik sontak berbalik memusuhi Yoo-Jin. Tanpa diduga, Yoo-Jin membuat langkah yang tidak kalah mengejutkannya. Selain menyerahkan akses Mirror pada Kim Je-Ha (Ji Chang-Wook), di hadapan awak media ia juga membeberkan hubungan Anna dengan suaminya, Jang Se-Joon (Cho Seong-Ha), yaitu sebagai ayah dan anak kandung. Apa yang selanjutnya bakal terjadi di sinopsis drama korea The K2 episode 13 kali ini?

Sinopsis Episode 13

“Anna adalah anak biologis dari suamiku, anggota parlemen Jang,” ujar Yoo-Jin dengan berlinang air mata.

Tidak ada satu pun yang menyangka Yoo-Jin akan memberikan pengakuan seperti itu. Wartawan dengan heboh meminta konfirmasi pada Se-Joon yang ada di sebelah Yoo-Jin. Se-Joon merespon dengan meminta mereka bersabar karena ia nanti akan menjelaskan masalah itu setelah mereka di dalam.

Yoo-Jin tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri. Se-Joon segera memapahnya dan mendudukkannya di kursi roda, lantas mendorongnya masuk ke dalam.

Di kantornya, Park Gwan Soo (Kim Kap-Soo) tertawa puas.

“Semua sudah berakhir,” ujarnya sembari bertepuk tangan. “Semua sudah berakhir untuk Jang Se Joon”.

Berbeda dengan Sung-Won. Ia sama sekali tidak menyangka hal itu akan terjadi. Ia pun bergegas pergi menuju kantor polisi dan menemui Se-Joon.

“Apa yang kamu coba lakukan di sini, saudara ipar?” tanya Sung-Won. “Apa kamu sudah hilang akal?”

“Aku pikir kamu bilang akan menangani hal ini, chairman Choi. Aku sangat kecewa kepadamu.” jawab Se-Joon.

“Maaf? Apa yang kamu maksud dengan itu?”

“Tentang saksi yang mengatakan mereka melihat Choi Yoo Jin di malam itu,” ucap Se-Joon.

“Ada apa dengan dia?” tanya Sung-won heran.

“Dia hanya aktor. Itu semua adalah perangkap. Kamu sudah jatuh ke dalam perangkap kakak perempuanmu.”, jelas Se-Joon sambil berlalu meninggalkan Sung-Won yang geram karena telah tertipu.

Se-Joon lantas menemui wartawan untuk melakukan konferensi pers. Ia akhirnya secara terbuka menceritakan hubungannya dengan Ume Hye Rin dan Ko Anna, serta bagaimana istrinya, Choi Yoo Jin, yang telah membantunya hingga menjadi seperti sekarang ini. Kwan-Soo menonton siaran langsung tersebut di TV dengan senyum-senyum sendiri dan terkadang ikut berkomentar.

Walau begitu, cerita yang disampaikan oleh Se-Joon menggambarkan betapa kehadiran Ume Hye Rin dan Anna saat itu dalam hidupnya kembali membuat kehidupannya dengan Yoo Jin menjadi berantakan. Selain itu, Ume Hye Rin juga dikatakan sempat memeras mereka dengan ancaman akan membeberkan tentang hubungan Se-Joon dengannya ke publik. Anna yang menonton bersama Jang Mi-Ran (Lee Yea-Eun) dan ibu Mi-Ran, tak percaya mendengarnya.

“Bohong. Tidak. Ini semua bohong,” gumamnya.

Se-Joon melanjutkan penjelasannya dengan menceritakan bahwa Ume Hye Rin memang meninggal karena bunuh diri karena sebelum kejadian itu Ume Hye Rin mengancam akan sengaja overdosis obat tidur jika Se-Joon tidak menemuinya.

“Bagaimanapun, aku menyadari bahwa aku adalah orang yang bertanggung jawab atas kematiannya. Aku sudah terbebani hal tersebut di hati nuraniku dan menjalani hidup dalam kepedihan selama ini. Penduduk Korea, aku sungguh meminta maaf. Aku selalu mengatakan ‘urus keluargamu dengan baik sebelum mengurus sebuah negara’, tapi aku tidak bisa menjalani idealisme itu sendiri. Aku yang harus disalahkan atas segalanya. Jadi ku mohon, jangan mengkritik istriku, yang sudah memeluk anakku seperti anaknya sendiri dan sudah hidup dalam kepedihan selama ini. Aku dengan ikhlas menerima semua kritik dan tuduhan yang dimiliki warga Korea untukku. Bagaimanapun, ku mohon, setidaknya ampuni istriku dari semua ini. Ku mohon padamu. Terima kasih telah mendengar cerita pria yang bersalah ini hingga akhir.” ujar Se-Joon, lantas membungkuk memberi hormat ke arah kamera.

“Lihat saja,” gumam Anna geram, “Ini akan menjadi akhir dari Choi Yoo Jin, segera setelah saksi itu maju.”

Di ruang interogasi kepolisian, Yoo-Jin dipertemukan dengan tahanan yang sebelumnya mengaku pada Sung-Won kalau Yoo-Jin adalah pelakunya. Dari balik kaca, kepala polisi dan jaksa Kim mengawasi proses tersebut.

“Tidak, aku tidak bilang kalau aku melihatnya atau apapun,” tanpa diduga si tahanan mengatakan hal tersebut.

Kepala polisi dan jaksa Kim kaget mendengarnya.

“Hei, lihat wajahnya baik-baik, oke?” pinta detektif yang menginterogasinya, “Aku pikir kamu bilang bahwa kamu melihat wanita ini sebelum Ume Hye Rin mati!”

“Aku hanya berharap Anna dapat memberikanku pengacara yang bagus,” dalih si tahanan dengan tenang. Ia melanjutkan, “Kamu tahu, jujur saja, aku merasa agak bersalah.”

Senyum mulai tersungging di bibir Yoo-JIn yang ada di hadapannya.

“Kamu bilang kamu melihatnya! Ini pencemaran nama baik. Apa kamu tahu itu?” bentak detektif.

“Bagaimana bisa ini pencemaran nama baik? Aku hanya bilang aku pikir aku mungkin melihatnya. Gadis itu menanyakan apakah wanita ini, yang muncul bersamanya di TV, membunuh ibunya, jadi aku hanya bilang ‘Mungkin’. Itu yang aku bilang.” ujar si tahanan.

Seorang detektif lain kemudian masuk ke ruangan sebelah dan memberitahu kepala polisi bahwa tahanan tersebut ternyata sedang diperiksa oleh polisi pada saat pembunuhan Ume Hye Rin terjadi. Kepala polisi dan jaksa Kim jadi menyadari bahwa si tahanan bukanlah apa-apa dan mereka sedang masuk dalam perangkap.

Dua orang ahjumma yang sedang perawatan di salon membahas apa yang terjadi pada anggota parlemen Jang dan istrinya. Mereka percaya pada apa yang diceritakan Se-Joon dalam konferensi persnya, dan menjadi bersimpati pada Yoo-Jin.

Direktur JSS Kook Chae-Wan (Ko In-Beom) memberitahu ketua Joo (Jeon Bae-Su) bahwa prediksinya benar, bahwa Yoo-Jin hanya sedang berakting, walau ia sendiri yakin tidak akan ada seorang pun yang tidak akan jatuh ke dalam perangkap Yoo-Jin saat ini. Ketua Joo mengiyakan dengan raut muka yang seolah tidak percaya Yoo-Jin bisa melancarkan strategi semacam itu, yang bahkan memaksa suaminya sendiri untuk membuka sebagian aibnya.

Sung-Won memberitahu Anna bahwa tahanan yang mereka temui sebelumnya adalah saksi palsu dan mereka harus bersyukur apabila tidak ada satu di antara mereka bertiga yang balik dituntut karena memberikan testimoni palsu. Anna heran karena merasa tidak berbuat salah. Sung-Won memastikan bahwa mereka memang telah berbuat salah, dan kesalahan yang sangat fatal. Walau begitu, ia meminta Anna agar tidak khawatir karena pengacaranya yang akan mengurusnya.

“Jadi saksi itu adalah semua perbuatanmu?” tanya Je-Ha pada Kim Dong-Mi (Shin Dong-Mi) di Cloud Nine.

Dong-Mi mengiyakan.

“Dan semua ini, tentu saja, perangkat yang diatur oleh Choi Yoo Jin untuk menjerat Anna,” lanjut Je-Ha. “Kamu tahu betapa mengerikannya itu bahwa kalian melakukan perbuatan yang mengerikan tanpa merasa bersalah?”

“Yah, aku tidak terlalu tahu,” jawab Dong-Mi.

“Kamu tidak harus berbuat sejauh ini,” balas Je-Ha. “Kamu tidak harus menyeret nama ibunya yang telah meninggal keluar dari lumpur.”

“Lalu, kamu ingin agar aku tidak melakukan apa-apa meskipun ia adalah ancaman bagi Madam?” tanya Dong-Mi.

“Hei, kalian telah membuat kesalahan besar,” ancam Je-Ha.

Kepala polisi menyambut Yoo-Jin yang akan meninggalkan kantor polisi dengan canggung. Ia berbasa-basi mengatakan bahwa semua yang terjadi barusan hanyalah prosedur resmi dari penyidikan saja. Yoo-Jin menanggapinya dengan tenang dan terakhir menitip salam pada anggota parlemen Park. Kepala polisi jadi salah tingkah sendiri mendengarnya.

Di luar kantor polisi, Se-Joon menyambut istrinya dan menemaninya masuk ke ambulans untuk kembali ke rumah sakit. Wartawan yang juga menunggu di depan menanyakan tentang pemerasan yang dilakukan oleh Ume Hye Rin sesuai cerita Se-Joon sebelumnya.

“Maaf,” jawab Yoo-Jin, “Semuanya adalah salahku.”

Wartawan kembali menanyakan beberapa pertanyaan, tapi Yoo-Jin hanya menjawabnya dengan permintaan maaf. Se-Joon lantas meminta wartawan untuk mundur karena mereka harus berangkat ke rumah sakit. Di belakang wartawan, beberapa warga meneriakkan dukungannya pada Yoo-Jin.

Dua orang ahjumma yang ada di salon kembali mengomentari tayangan yang ada di TV. Mereka jadi kasihan pada Yoo-Jin yang terlihat seolah sakit parah dan harus menjalani semua itu. Salah satunya bahkan yakin bahwa Park Gwan Soo yang ada di balik kejadian tersebut.

Setelah ambulans berangkat, wartawan menanyai kepala polisi tentang interogasi yang terjadi di dalam. Kepala polisi tidak mengakui adanya interogasi dan hanya mengatakan bahwa Choi Yoo-Jin datang sebagai saksi tentang kasus artikel online yang beredar.

Gwan Soo tertawa keki melihat hasil akhir yang di luar dugaannya. Sementara itu Anna hanya terdiam dan menatap dengan pandangan kosong ke arah layar televisi.

Yoo-Jin tiba di rumah sakit dan disambut dengan tepuk tangan dan dukungan dari para pasien rumah sakit. Setibanya di kamar inap, sudah ada Sung-Won menunggunya.

“Aku tidak punya hal lain untuk dikatakan, Big Sis, kecuali aku minta maaf.” ujar Sung-Won.

Di vas bunga yang ada di samping tempat tidur, terlihat sebuah alat perekam dalam posisi menyala. Ternyata itu adalah milik Je-Ha. Dari sudut lain di rumah sakit, diam-diam ia menguping pembicaraan mereka.

“Adik kecilku benar-benar bisa menjadi lancang, benar begitu?” respon Yoo-Jin.

“Aktingmu juga fenomenal,” balas Sung-won.

“Jadi pergilah dan tunggu hingga aku memutuskan apa yang akan aku lakukan padamu,” sergah Yoo-Jin.

“Oke, Big Sis. Jangan terlalu keras padaku, oke?” ujar Sung-Won.

“Dan… aku akan lebih senang jika kamu berhenti menghubungi Anna.” ucap Yoo-Jin.

Sung-Won mengiyakan.

“Dan mengenai staff yang kamu ambil bersamamu. Mereka adalah karyawanmu sekarang, jadi kamu akan mengurus mereka, bukan?”

“Mengurus mereka?” tanya Sung-Won heran.

“Urus mereka tanpa meninggalkan jejak setelah aku mengirim Anna ke luar negeri,” ancam Yoo-Jin dengan dingin.

Je-Ha kaget mendengarnya. Sung-Won kembali mengiyakan lantas berpamitan pulang.

“Oh ya,” ujarnya tiba-tiba, “Itu kamu, bukan? Orang yang membunuh Ume Hye Rin, maksudku.”

Yoo-Jin menoleh ke arah Sung-Won dan berkata, “Apa kamu sedang diam-diam merekamku?”

“Apa yang kamu bicarakan? Aku tidak akan pernah melakukan itu padamu,” jawab Sung-Won sembari tertawa.

Sung-Won pun lalu pergi keluar dari kamar. Wajahnya terlihat geram. Sesaat kemudian ada telpon masuk dari Anna. Sung-Won memutuskan untuk tidak mengangkatnya dan meneruskan langkahnya. Sementara itu, dari balik tembok, Je-Ha muncul dan memperhatikannya berlalu.

Sedangkan Yoo-Jin, terdiam terpaku di kamarnya dengan mata berkaca-kaca. Ia sedang mengingat saat kematian Ume Hye Rin yang ternyata memang benar dilakukan olehnya! Tapi saat itu ia tidak melakukannya dengan darah dingin, karena wajahnya terlihat menyesal dan terpaksa untuk melakukannya. Ia bahkan sempat meminta maaf pada Ume Hye Rin sesaat sebelum Ume Hye Rin menghembuskan nafas terakhirnya.

“Maafkan aku,” ujar Yoo-Jin pada Ume Hye Rin, “Tapi cinta bukan dimaksudkan untuk aktivitas grup.”

Anna masih mencoba menghubungi pamannya, tapi tetap tidak diangkat. Beberapa saat kemudian Je-Ha masuk ke kamarnya. Berdua mereka lantas duduk-duduk di atap seperti biasanya. Anna meminta maaf karena sebelumnya tidak mempercayai Je-Ha dan tidak menceritakan apa yang terjadi kepadanya.

“Aku rasa aku benar-benar bodoh,” ucap Anna sembari mulai menangis.

“Tidak apa-apa. Jangan menangis. Kamu akan kecapekan kalau terus begitu. Dan jika kamu melakukan itu… kamu tidak akan bisa bertempur” tenang Je-Ha sambil merebahkan Anna di bahunya.

“Bertempur?” tanya Anna heran.

“Karena pertempuran yang sebenarnya akan dimulai sekarang,” ujar Je-Ha.

Anna tidak berkata apa-apa. Tak lama kemudian Se-Joon datang. Je-Ha meminta Anna untuk kali ini menemuinya dan mendengarkan apa yang ia katakan.

Se-Joon masuk ke kamar Anna. Anna sudah duduk menunggunya di sofa. Se-Joon lantas duduk di samping Anna. Mereka berdua saling berdiam diri sejenak.

“Anna, maafkan aku,” ucap Se-Joon memecah keheningan. “Ayahmu.. adalah orang yang buruk. Dan juga pembohong. Semua yang aku katakan pada saat konferensi pers adalah kebohongan. Ibumu tidak pernah memerasku. Ia hanya memohon kepadaku, itu saja. Dan ibumu tidak melakukan bunuh diri.”

Anna mulai meneteskan air mata. Ia sempat menoleh ke arah ayahnya, lalu berpaling kembali.

“Dan semua yang aku katakan ketika aku menemuimu di klinik terakhir kali adalah juga kebohongan. Choi Yoo Jin sedang memperhatikan kita, jadi aku harus berbohong dan mematahkan hatimu.” lanjut Se-Joon.

“Kenapa kamu mengatakan ini kepadaku setelah semua ini? Aku tidak ingin mendengarnya.”

“Karena ayahmu adalah pengecut. Dan aku takut kamu mungkin akan berakhir seperti aku. Dan ini adalah kebenaran yang sejujurnya.”

“Tidak. Aku yakin kamu hanya takut kamu harus pensiun dari karir politikmu.”

“Anna, hanya itu yang ayahmu punya. Jadi jika aku kehilangan itu, aku tidak akan bisa menyelamatkanmu atau membuatmu bahagia.”

“Dan kenapa kamu berpikir bahwa politik adalah segalanya? Itu karena kamu membuangku dan ibuku untuk itu.”

Se-Joon tidak dapat membantahnya. Air mata mulai menggenang di kedua matanya.

“Jadi apa yang ingin kamu katakan? Kamu ingin agar aku tetap diam dan tidak membuat masalah hingga kamu menjadi presiden? Kamu tidak ingin aku memprovokasi Choi Yoo Jin, yang telah membunuh ibu?” ujar Anna.

Ia lantas berdiri dan melanjutkan kata-katanya, “Kamu tidak berbohong padaku di klinik karena Choi Yoo Jin sedang mengawasi. Pikirkan dengan baik hal itu. Itu adalah apa yang kamu rasakan sebenarnya. Jadi tidak perlu takut lagi. Karena kamu, ayah, sudah kehilangan putrimu.”

Se-Joon keluar dari kamar Anna dan sesaat berdiri terpaku di depan pintu. Dengan gontai ia berjalan menuruni tangga. Berpapasan dengan Je-Ha, yang sedari tadi menunggu di bawah, Se-Joon hanya terdiam menatapnya dan melanjutkan langkahnya kembali.

Je-Ha memasuki Cloud Nine dan menginstruksikan pada Mirror untuk memulai dari awal kembali. Tidak jelas apa yang ia bicarakan dengan Mirror. Sementara itu, Se-Joon dan Yoo-Jin sedang blusukan ke pasar dan menyalami orang-orang yang mendukungnya dengan senyum lebar.

Anna mengunjungi makam ibunya. Tanpa diduga, tak lama kemudian Yoo-Jin datang ke sana. Dengan tenang ia menghampiri makam Ume Hye Rin dan meletakkan buket bunga di atas makamnya. Anna yang baru menyadari kedatangan Yoo-Jin segera berdiri.

“Ibumu menyukai bunga hortensia,” ujar Yoo-Jin. “Ayahmu mabuk suatu malam dan membawa pulang bunga hortensia. Dan bertanya kepadaku, ‘Tidakkah kamu suka ini?’. Sejujurnya, aku tidak suka hortensia, tapi itu masih membuatku merasa nyaman. Tapi ketika aku mengunjungi rumahmu kemudian, aku melihat buket bunga hortensia di vas bunga yang ada di ruang tengahmu.”

Yoo-Jin lalu melangkah perlahan ke arah Anna.

“Aku yakin kamu percaya aku ingin membunuhmu sekarang. Tapi aku tidak pernah benar-benar membencimu, di saat aku ingin membunuhmu sekalipun. Karena kamu cukup mirip denganku,” lanjut Yoo-Jin. “Aku juga tidak punya ibu di saat seumurmu dan sebagai penggantinya adalah ibu tiri yang mencuri ayahku. Ia adalah sekretaris ayahku dan kemudian simpanannya. Dan sekarang, ia berakhir menjadi istrinya. Dan wanita itu adalah ibu Sung-Won yang kamu panggil ‘paman’. Tapi ironisnya, aku menjadi ibu tirimu sekarang. Yah, aku mengerti apa yang mungkin terjadi pada ibumu. Itu benar bahwa ia tidak tahu bahwa ia telah hamil dan ia menikah dalam keadaan hamil, lalu melahirkan, dan berakhir dengan perceraian. Ia mungkin saja kembali karena ingin bertemu dengan ayah anak itu. Tapi kamu tahu, apa yang seharusnya aku lakukan dalam situasi seperti itu? Aku membuang semuanya demi memilih ayahmu.”

“Jadi kamu mencoba memberitahuku bahwa kamu telah membunuh ibuku?” potong Anna.

“Ini akan jadi lebih baik jika kamu benar-benar anak kandungku. Ah, tapi kamu bukan Ko Anna lagi. Kamu akan menjadi Jang Anna sekarang. Dan kemudian, kamu akan menjadi putriku. Kamu sungguh secara legal akan menjadi putriku. Aku tidak punya anak, jadi jika kamu tetap bertahan, kamu bisa menjadi anak presiden dan bahkan menjadi pemilik JB Group suatu hari nanti. Jika kamu sungguh ingin melakukan balas dendam kepadaku setelah mewarisi semua yang aku punya, lakukanlah.”

Yoo-Jin berbalik dan melangkah pergi.

“Aku tidak butuh semua itu,” ujar Anna.

“Kalau begitu pergilah dengan tenang sekarang. Yeah, pergilah ke Lafeit. Jadilah model di sana dan jalani hidupmu seperti yang kamu inginkan. Aku akan membantumu yang aku bisa. Sudah terlambat untuk membongkar identitas aslimu sekarang. Ibumu sudah meninggal dan ayahmu tidak terlalu bisa dipercaya. Kamu sungguh ingin hidup bersama ibu tiri sepertiku.”

“Dan bagaimana jika aku bilang tidak? Bagaimana jika aku bilang aku akan berusaha untuk membongkar siapa pembunuh ibuku hingga akhir?” tanya Anna.

“Maka hidupmu akan terus dipenuhi dengan tragedi. Kamu akan dipaksa untuk melihat orang-orang yang kamu sayangi mati. Seperti Mi-Ran, Sung-Gyu, penjaga rumah, Kim Je-Ha juga. Mereka semua akan mati bertarung untuk melindungimu.”

“Tidak. Sebelum itu terjadi, Je Ha akan membunuhmu,” respon Anna tegas.

“Kamu tidak tahu kenapa Kim Je Ha bekerjasama denganku, bukan? Sama seperti kamu yang memiliki PTSD yang berhubungan dengan lampu kilat, Je-Ha juga mengalami PTSD. Je-Ha tidak bisa membunuh siapapun. Itu sebabnya aku bilang aku yang akan menjadi pelatuknya untuk melakukan balas dendam.”

“Balas dendam?”

“Ya, balas dendam. Ia bekerjasama denganku untuk membalas dendam wanita yang dicintainya. Mereka mungkin sudah bertunangan juga. Dan ia akan pergi dari sisimu pada saatnya nanti setelah ia membalas dendamnya. Jadi jangan terlalu terikat kepada pria itu. Kamu tidak tahu, bukan? Kenapa kamu tidak tanyakan kepada pamanmu tentang hal itu?”

“Pembohong. Tidak, itu kamu yang tidak tahu. Aku akan pergi bersama dengan Je-Ha.”

“Itu yang dia katakan? Bahwa kamu akan pergi bersamanya? Apa kamu setidaknya tahu bahwa ‘Kim Je Ha’ hanyalah nama samarannya? Kamu tidak tahu apa-apa, bukan? Ia tidak bisa pergi ke luar negeri karena ia ada dalam daftar pencarian interpol.”

“Aku tahu itu juga. Bahwa ia dijebak.”

“Jadi itu yang ia katakan kepadamu, manis? Bahwa ia dijebak atas pembunuhan Raniya?”

“Raniya?” tanya Anna.

“Kamu bahkan tidak tahu namanya? Tapi itu tidak benar. Kim Je Ha tidak dalam pelarian karena ia dijebak atas pembunuhan Raniya. Itu karena ia membantai warga sipil pada saat ia berada di Iraq dan dianggap sebagai penjahat perang untuk itu. Jika kamu tidak mempercayaiku, tanyakan saja kepadanya. Ia tidak bisa hidup tanpa identitas palsu yang aku berikan. Juga, ia akan dijebloskan ke penjara selamanya jika aku membuat satu panggilan telpon. Kamu sungguh ingin melakukan itu kepadanya?” ancam Yoo-Jin.

Se-Joon dan Yoo-Jin kembali melakukan kerja sosial. Usai kegiatan, Yoo-Jin pulang terlebih dahulu dengan mobil yang berbeda. Je-Ha tiba-tiba muncul di hadapan Se-Joon. Se-Joon lantas menemuinya dan mereka ngobrol berdua.

“Aku pikir kamu adalah ayah terbaik yang masih hidup,” ujar Je-Ha tanpa basa-basi.

“Dan?”

“Jadi aku ingin memberimu kesempatan untuk menjadi ayah yang baik bagi Anna?”

“Sudah terlambat untuk itu,” respon Se-Joon.

“Aku akan membuat agar kamu bisa menang melawan Park Gwan Soo dan melepaskan diri dari Choi Yoo Jin. Tapi sebagai gantinya, ku mohon beberkan siapa pembunuh ibu Anna sebenarnya. Demi Anna.” pinta Je-Ha.

“Jadi kamu punya bukti?”

Je-Ha tidak menjawab, hanya menatap tajam ke arah Se-Joon.

Yoo-Jin tiba kembali ke Cloud Nine dengan ditemani oleh Dong-Mi. Dong-Mi menanyakan mengapa Yoo-Jin memberikan akses Mirror pada Je-Ha. Tanpa diduga, itu semua hanyalah jebakan Yoo-Jin agar Je-Ha, secara tidak langsung, membuka semuanya tentang dirinya. Ia pun lantas menanyakan kepada Mirror hal-hal apa saja yang ditanyakan Je-Ha kepadanya dan apa yang sebenarnya dicari oleh Je-Ha.

“Bukti terkait Kumar-gate,” jawab Mirror.

Yoo-Jin heran karena belum pernah mendengarnya. Ia menanyakan apakah Mirror yang memberikan nama itu.

“Itu adalah nama pemberian Agen Kim yang ditugaskan pada insiden terkait penipuan pada pengembangan minyak dan gas Kumar.” jawab Mirror.

Dong-Mi dan Yoo-Jin kaget mendengarnya.

Kembali ke Je-Ha dan Se-Joon. Se-Joon berjanji akan melakukan apa yang diminta Je-Ha apabila ia memang bisa melakukan apa yang dijanjikan. Se-Joon lantas bertanya apa yang sudah diketahui Je-Ha sejauh ini.

“Ada skandal korupsi besar-besaran yang melibatkan sekelompok orang dan Park Gwan Soo terlibat di dalamnya. Tentu saja, semua ini belum terbongkar, tapi presiden saat ini juga terlibat di dalamnya.” jelas Je-Ha.

“Sungguh? Kamu punya bukti kuat untuk itu?”

“Tidak, aku akan memberikan yang lebih baik dan memberikanmu bukti.”

“Bukti fisik?” tanya Se-Joon.

Je-Ha mengiyakan, sekaligus mengatakan bahwa begitu Se-Joon mendapatkannya, maka Gwan Soo akan mundur dengan sendirinya dari kandidat presiden. Ia jug akan bisa menjatuhkan JB Group dan Choi Yoo Jin setelah itu.

“Apa alasannya kamu ingin memberikanku bukti itu?” tanya Se-Joon.

“Karena kamu adalah politikus korup dan kamu siap untuk mengkhianati Choi Yoo Jin kapanpun,” jawab Je-Ha tegas.

Se-Joon tertawa mendengarnya.

Je-Ha melanjutkan, “Choi Yoo Jin sudah mengatur rencana untuk Anna dan orang-orang di sekitarnya. Ini satu-satunya cara kita bisa membuat Choi Yoo Jin dan Park Gwan Soo bersama-sama menghadapi keadilan. Untuk melindungi Anna. Dan untuk mengembalikan nama baik ibunya seperti yang diinginkan oleh Anna.”

“Baiklah, aku akan mencoba menjadi ayah yang baik baginya untuk sebuah perubahan,” respon Se-Joon.

Mereka pun lantas berjabatan tangan. Deal.

“Mirror, apakah Kim Je Ha menanyakan sesuatu yang berhubungan denganku?” tanya Yoo-Jin pada Mirror.

“Tidak, Madam,” jawab Mirror.

“Lalu bagaimana dengan Ume Hye Rin?” tanya Yoo-Jin lagi.

Mirror kembali menjawab tidak.

“Lihat? Dia seorang gentleman,” ujar Yoo-Jin pada Dong-Mi.

Dong-Mi tidak mengakuinya dan berdalih mungkin saja Je-Ha tidak bertanya karena tahu tidak akan mendapat jawaban apapun. Yoo-Jin tidak terlalu memikirkannya dan kembali menanyakan pada Mirror data apa yang terakhir diminta oleh Je-Ha. Mirror menjawab data tentang penduduk Korea yang tinggal di wilayah Kumar dan tidak punya ikatan politik.

Yoo-Jin tidak menyangka bahwa ada orang Korea yang benar tinggal di sana. Ia lalu meminta Mirror untuk menampilkan datanya. Ada 8 orang dan semuanya adalah sukarelawan. Tapi salah satunya kemudian membuat Yoo-Jin terkejut karena ia mengenalinya. Namanya adalah Kim Suk Han.

“Mirror, apakah ini Kim Suk Han yang ‘itu’?” tanya Yoo-Jin.

Mirror mengkonfirmasinya. Dong-Mi menanyakan apakah itu adalah Kim Suk Han sang psikiater. Yoo-Jin menjawab bahwa yang ada di layar adalah Kim Suk Han, anak presiden, pemain kunci dari Kumar-gate.

Kim Suk Han berada di gereja sebuah rumah sakit. Je-Ha berada di sana, mengawasi ruang kontrol CCTV. Rupanya Kim Suk Han adalah seorang dokter di rumah sakit tersebut dan ia akan segera melaksanakan operasi. Entah apa yang dipikirkan Je-Ha, ia mendadak berdiri lalu pergi meninggalkan ruang kontrol.

Gwan Soo masuk ke kantornya dan mendapati Je-Ha di sana.

“Mengenai uang yang kamu berikan kepadaku terakhir kali, aku ingin memintamu memberikan sisanya seperti yang kamu janjikan,” ujar Je-Ha.

“Apa?” tanya Gwan-Soo heran.

“Apa yang kamu maksud? Ini karena aku membutuhkan uang,” jawab Je-Ha.

“Kenapa, apa kamu berencana untuk meninggalkan Jang Se Joon dan kabur di tengah malam?”

Je-Ha tertawa. Keduanya lantas duduk di kursi tamu yang ada.

“Tap kamu tahu, setelah insiden yang melihatkan putri pembuat onar itu, popularitas Choi Yoo Jin sedikit meningkat. Tapi sebaliknya, popularitas Jang Se Joon sedikit menurun. Jadi aku tidak yakin apakah kamu sungguh membutuhkan bantuanku di saat seperti ini.” ujar Gwan Soo.

“Tapi kamu berada di dalam situasi dimana kamu juga tidak bisa beristirahat dengan tenang,” respon Je-Ha.

“Kenapa? Apa kamu mendengar sesuatu?”

“Bukti terkait Kumar-gate.”

Raut wajah Gwan-Soo langsung berubah saat mendengarnya.

“Aku rasa aku hampir menemukannya,” lanjut Je-Ha.

“Tunggu,” ujar Gwan-Soo perlahan, “Bagaimana kamu menemukan tentang itu?”

“Well, siapa tahu? Bagaimana kamu pikir aku tahu tentang Kumar-gate? Dan orang itu, Kim Suk Han, juga sedang diawasi dengan ketat.”

Dong-Mi melaporkan pada Yoo-Jin bahwa semalam Je-Ha diam-diam pergi menemui Gwan-Soo. Ada direktur JSS dan juga ketua Joo di sana. Yoo-Jin sendiri, meski baru mengetahuinya, tidak terlalu kaget dengan hal itu.

“Biarkan saja dia. Ini adalah bagian dari rencana,” instruksi Yoo-Jin.

Yoo-Jin kemudian meminta ketua Joo untuk memberi backup untuk Je-Ha. Ketua Joo mengiyakan.

“Bersiagalah. Rencana ini akan menentukan pemenang dari pemilihan presiden mendatang. Tidak. Ini mungkin akan merubah nasib negara kita.” ujar Yoo-Jin tenang kepada ketiga anak buahnya.

Gwan-Soo mendatangi rumah sakit tempat Kim Suk Han bekerja, dengan alasan untuk melakukan medical checkup. Seorang perawat kemudian memberitahu dokter Kim Suk Han untuk datang ke ruang CT karena ada kandidat presiden Gwan-Soo di sana. Ia pun melakukannya. Diam-diam Je-Ha mengawasinya.

Di ruang CT, sembari menjalani proses pemeriksaan, Gwan-Soo memberi pesan pada dokter Kim untuk terus mengawasi ‘obyek yang berbahaya’.

“Ada seseorang yang sedang mencarinya sekarang,” lanjut Gwan-Soo. “Seseorang bernama Choi Yoo Jin. Orang-orang yang ada di pihaknya sudah mencium bau busuknya. Kamu harus memindahkannya dari tempat dimana kamu menyembunyikannya sekarang. Atau hilangkan itu selamanya.”

“Well, aku tidak tahu. Aku sudah memikirkannya. Tapi melihat bagaimana kamu menyingkirkan ketua sekretaris ayahku dengan itu, aku merasa aku harus sungguh berpegangan pada itu sekarang. Dan seandainya kamu bisa masuk ke Blue House, jangan lupa bahwa aku memiliki ‘itu’ di tanganku.”

CT scan pun berakhir. Dokter Kim memberitahu Gwan-Soo bahwa semuanya baik-baik dan ia tidak perlu kembali lagi untuk melihat hasilnya.

“Kamu harus meningkatkan pengamananmu,” ujar Gwan-Soo. “Kalau tidak, ayahku mungkin tiba-tiba berakhir dengan nasib yang menyedihkan karenamu, yang sama sekali tidak sadar akan semua ini.”

Dengan santai Gwan-Soo pergi meninggalkan ruang pemeriksaan. Tak lama ia juga meninggalkan rumah sakit. Je-Ha yang mengawasi dari lantai memperhatikan bahwa dokter Kim kemudian pergi ke suatu tempat, diikuti oleh beberapa orang. Ponsel Je-Ha kemudian berdering dan ketua Joo memberitahunya bahwa masih ada lagi yang lainnya di arah jam 10:00, jam 02:00, dan jam 04:30. Mereka ternyata adalah bodyguard dari Blue House dan juga anak buah Park Gwan Soo.

Je-Ha sendiri baru menyadari ketua Joo ada di seberang tempat ia berdiri. Ia meminta ketua Joo untuk meninggalkan tempat tersebut.

“Aku tidak tahu apa yang kamu rencanakan, tapi itu akan sulit tanpa bantuanku,” ucap ketua Joo.

“Ikutlah denganku kalau begitu,” pinta Je-Ha.

Dari ketua Joo, Je-Ha mengetahui bahwa Yoo-Jin sudah mengetahui tindakannya saat ini. Ketua Joo menanyakan apa yang terjadi. Je-Ha lantas memberitahu apa yang terjadi dan meminta ketua Joo dan anak buahnya untuk mengawasi dokter Kim dan memastikan bahwa yang bersangkutan tahu ia sedang diawasi. Tujuannya adalah agar ia menjadi panik dan berusaha untuk mengamankan ‘sesuatu’ yang ia sembunyikan.

Sementara itu, Gwan Soo menginstruksikan pada sekretarisnya (Lee Cheol-Min) untuk mengawasi keadaan dan merebut apa yang dimiliki Kim Suk Han sebelum jatuh ke tangan JSS, sekaligus menghancurkannya di tempat saat itu juga jika memungkinkan.

“Itu tidak boleh jatuh ke tangan Choi Yoo Jin apapun yang terjadi,” pesan Gwan Soo.

Sekretarisnya mengiyakan.

Kembali ke rumah sakit, dokter Kim mulai gelisah dengan para bodyguard JSS yang terang-terangan terlihat mengawasi dan mengikutinya. Ia masuk ke gereja rumah sakit dan terlihat sedang memikirkan sesuatu. Tiba-tiba tangannya seperti hendak meraih sesuatu yang ada di bawah barisan kursi di depannya, tapi ia mengurungkan niatnya.

Dokter Kim kembali melangkah keluar dan sempat berpapasan dengan Je-Ha. Je-Ha tidak berkata apa-apa, hanya menatapnya tajam untuk membuatnya makin galau. Sepeninggal dokter Kim, Je-Ha dan anak buahnya mencoba mengeledah kursi yang tadi diduduki dokter Kim dan juga barisan kursi di depannya, tapi tidak ditemukan apa-apa.

Dokter Kim kembali ke ruangannya. Bodyguard dari Blue House mempertanyakan kondisinya yang terlihat tidak baik, tapi ia mengatakan tidak apa-apa dan memberi tanda bagi mereka untuk meninggalkannya. Ia lantas menelpon seseorang yang ternyata adalah Choi Sung-Won!

Sung-Won tidak mengangkatnya. Saat itu ternyata ia sedang bersama beberapa orang yang sepertinya adalah bagian dari Kumar-gate. Mereka kemudian membahas bagaimana berbahayanya apabila ‘barang itu’ sampai jatuh ke tangan Choi Yoo Jin atau Park Gwan Soo, karena mau tidak mau mereka harus berada di pihaknya agar aibnya tidak terbongkar. Walau begitu, salah seorang di antara mereka mengatakan bahwa tidak akan ada yang berubah apabila ‘barang itu’ jatuh ke tangan Gwan Soo.

“Sepertinya kita sudah memutuskan siapa presiden kita yang berikutnya,” seseorang di antara mereka berkata.

72

Mengetahui telponnya tidak diangkat membuat dokter Kim makin gusar. Ia pun keluar dari ruangannya. Di luar, ia kembali mendapati agen-agen JSS yang terang-terangan mengawasinya. Tiba-tiba mereka seperti mendapat instruksi untuk meninggalkan tempat tersebut karena misi mereka sudah berhasil. Dokter Kim menjadi terkejut dan segera berlari kembali ke gereja untuk mencari barang yang ia sembunyikan, khawatir sudah diketemukan oleh mereka. Saat hendak masuk ke sana, Je-Ha keluar dengan tersenyum. Dokter Kim memerintahkan bodyguardnya untuk menangkap Je-Ha sementara ia masuk ke dalam.

Setelah membalikkan sebuah kursi, dokter Kim mengambil barang yang ia sembunyikan. Sebuah flashdisk. Je-Ha tersenyum puas melihatnya.

“Jadi di situlah barang itu berada,” ujar Je-Ha dalam hati.

Dokter Kim perlahan mendatangi Je-Ha.

“Siapa kamu?” tanyanya.

[wp_ad_camp_1]

Preview Episode 14

Berikut ini video preview episode 14 dari drakor The K2:

» Sinopsis The K2 eps 14 selengkapnya

sinopsis thek2 13

Leave a Reply