Review Komik Eclipse #3 (2016)

Di cerita sebelumnya, David Baxter mulai bekerja sama dengan James Everly dan anak buahnya untuk aktif melakukan pengejaran terhadap sosok manusia berjubah yang kebal terhadap sinar matahari. Pengejaran mereka berujung pada sebuah gereja yang ditinggali oleh komunitas New Amish. Permasalahannya, si sosok manusia berjubah tersebut menghilang di dalam gereja, sementara gereja itu sendiri dipenuhi oleh mayat-mayat anggota komunitas yang sudah hangus terkena paparan sinar matahari. Apa yang terjadi sebenarnya? Kemana perginya si manusia berjubah? Simak kelanjutan kisahnya di sinopsis komik Eclipse #3 berikut ini.

Sinopsis Komik *SPOILER*

eclipse_3

Not only does Bax get closer to understanding just how the city’s mysterious killer avoids burning in the deadly sunlight, but also with Cielo’s help, he learns more about the city’s secrets and the killer’s origins. But will it be enough to help Bax protect her before the killer strikes again?

Story: Zack Kaplan
Art: Giovanni Timpano
Judul Edisi: –
Tanggal Rilis: 2 November 2016

Sepuluh tahun lalu, di malam setelah terjadinya bencana lidah api. Bax tiba di Carnegie Hall dan segera berusaha mencari Sarah dan Penny, istri dan anaknya. Ia pun menemukan mereka, di atas podium, dalam kondisi berpelukan dan sudah meninggal.

Di masa sekarang. Tim Everly sedang mengevakuasi mayat-mayat yang ada di gereja sembari berusaha mencari tahu bagaimana si pria berjubah bisa menghilang begitu saja. Bax tiba-tiba menyadari adanya ruangan dan juga lorong bawah tanah rahasia yang tersembunyi di balik salah satu korden. Ruangan tersebut rupanya menjadi markas si pria berjubah selama ini. Di salah satu sisi temboknya, ada foto 5 orang anak. Dua di antaranya adalah Samuel Van Gorn, yang menjadi korban pertama, serta Rose Brandt, yang hampir menjadi korban kedua. Bax menyadari bahwa mereka semua adalah anak dari pemilik perusahaan besar di kota. Satu hal lagi yang ia sadari adalah foto rekan Icemen-nya yang sudah tidak masuk kerja belakangan ini, Ken Corning.

Bax membawa sampel darah pria berjubah ke laboratorium Val untuk dianalisa. Sembari menunggu hasilnya, ia melacak jejak suit Icemen Corning dan ternyata terlihat bahwa Corning sempat menggunakannya untuk sebuah misi rahasia pada tanggal 12 Maret, misi yang datanya telah dihapus dari sistem. Bax segera berusaha mencari keberadaan Corning di daerah tempat tinggalnya. Yang ia dapatkan justru fakta bahwa anak Corning beberapa minggu lalu telah diculik dan tak lama kemudian ditemukan meninggal terbakar sinar matahari.

Dalam perjalanan pulang, Bax menyadari ada seseorang yang sedang mengikutinya. Ternyata itu adalah Rose Brandt, berusaha meyakinkannya bahwa ia bisa membantu Bax. Ia pun mengantar Bax menuju New Garden, bangunan stadiun yang sudah berubah menjadi area black market. Dan benar, Corning ada di sana. Saat dikonfrontasi, Corning menceritakan bahwa ia dan dua orang rekannya ditugaskan ke sana untuk mencari seseorang (si pria berjubahkah?), namun orang-orang komunitas di gereja tersebut tidak mau bekerjasama. Mau tidak mau, sesuai dengan misi yang ia terima, ia dan dua orang rekannya mengurung semua anggota komunitas tersebut di dalam gereja dan membiarkan mereka tewas
terkena paparan sinar matahari.

Societies only survive if everyone connect. You have to connect, put the greater good first, even if it doesn’t feel natural.

Bax menanyakan siapa sebenarnya yang memerintahkan Corning untuk melakukan hal itu. Corning tidak menjawabnya dan mulai kalap, menganggap bahwa jika Bax berhasil menemukannya, berarti orang-orang itu juga bakal menemukannya. Ia pun merebut pistol Bax dan membunuh dirinya sendiri.

Dalam perjalanan pulang, Rose galau karena yakin ayahnya adalah orang baik dan tidak mungkin memerintahkan Corning dkk untuk melakukan hal itu. Bax menanggapi dengan mengatakan bahwa terkadang orang baik harus melakukan hal-hal yang tidak ingin mereka lakukan.

Tak lama kemudian mereka tiba di tempat acara Hope Gala yang diadakan oleh ayah Rose. Wallace, paman Rose, meminta anak buahnya untuk mengantar Rose ke ruang ganti untuk bersiap. Bax meminta untuk dipertemukan dengan ayah Rose, Nick, tapi Wallace tidak memperbolehkannya, beralasan Nick sedang sibuk saat itu. Val tiba-tiba datang dan mengajak Bax menjauh. Ia memberitahunya bahwa dari hasil analisis sampel darah yang dibawa Bax, kondisi kulit si pria berjubah yang kebal sinar matahari ada kemungkinan merupakan virus. Jika mereka berhasil menemukannya, maka virus tersebut dapat dimanfaatkan bagi seluruh penduduk kota.

Everly mendadak mendatangi Bax dan memberitahunya bahwa penjaga di atap tidak merespon dan saat ini matahari sudah hampir terbit. Saat diperiksa, ternyata penjaga tersebut memang sudah terbunuh. Tanpa diduga, tembok di ruang ganti Rose tiba-tiba bergetar. Saat diperiksa, si pria berjubah sedang berusaha untuk menghancurkan tembok tersebut. Everly dan Bax hendak mencegahnya namun terlambat, ia berhasil menghancurkan tembok tersebut. Untungnya, di dalam ruang ganti, seorang anak buah Everly berhasil mendorong Rose masuk ke kamar sebelah sehingga lolos dari paparan sinar matahari. Namun kini mereka berdua harus menghadapi pria berjubah yang perlahan memasuki kamar dengan membawa kapak.


Cerita makin seru dengan hadirnya pertanyaan baru, siapa sebenarnya yang menugaskan Corning dan dua orang rekannya untuk membunuh anggota komunitas New Amish. Nick, kah? Atau justru Wallace yang sejak awal lebih mencurigakan ketimbang Nick. Apapun itu, tinggal satu edisi dan semoga semua misteri bisa terjawab dengan masuk akal dan tidak diada-adakan.

rk eclipse3
Eclipse #3 (2016)
  • Story
  • Art (Pencil, Ink, Colors)
  • Element of Surprise
  • Recommended Reading
3.8

Review Komik

Love this so far. Sama seperti sebelum-sebelumnya, grafisnya mungkin nggak terlalu bagus, tapi tertutupi oleh ceritanya yang menarik untuk disimak. Belum ada misteri yang terjawab hingga edisi ini, namun berhubung edisi berikutnya adalah edisi pamungkas, bisa dimaafkan.

Sending
User Review
0 (0 votes)

Leave a Reply